Dahlan Iskan: BTN Harus Satu Grup Dengan Bank Mandiri

Dahlan Iskan: BTN Harus Satu Grup Dengan Bank Mandiri

- detikFinance
Kamis, 17 Apr 2014 18:34 WIB
Dahlan Iskan: BTN Harus Satu Grup Dengan Bank Mandiri
Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan diakuisisi oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Tujuan dari akuisisi ini adalah untuk memperbesar bank yang fokus di Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tersebut.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyatakan, BTN harus satu grup dengan Bank Mandiri jika ingin berkembang lebih besar lagi. Apalagi tingkat kekurangan rumah (backlog) di Indonesia sudah tinggi sekali.

"BTN harus dijadikan satu grup dengan Bank Mandiri. Itu untuk menolong BTN, karena kekurangan perumahan atau backlog-nya itu, satu tahun 1,5 juta rumah. Kalau tidak ada upaya itu tidak mungkin akan bisa mendanai sektor perumahan di Indonesia. Karena itu BTN harus diperbesar," kata Dahlan di Istana Negara, Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (17/4/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dahlan memprediksi jika BTN berjalan seperti sekarang ini maka tidak akan ada perubahan terhadap masalah kekurangan rumah di Indonesia. Dengan bergabung ke Bank Mandiri, BTN punya potensi untuk berkembang lebih besar lagi.

"Dari sisi BTN, kalau dibiarkan tidak akan ada berubahan, stagnan, nggak mungkin masalah perumahan itu bisa diatasi. Sesuatu masalah harus dicarikan jalan keluarnya. Dengan adanya satu grup dengan Bank Mandiri, maka BTN juga akan menjadi besar," ujarnya.

Sedangkan dari sisi Bank Mandiri, Dahlan menambahkan, bank dengan aset terbesar di Indonesia itu bisa makin bersaing dengan bank-bank besar skala internasional.

"Kalau perusahaan-perusahaan menjadi besar banknya tidak besar maka perusahaan itu akan dilayani oleh bank-bank asing. Apa kita suka kalau nanti bank asing semakin merajalela di Indonesia? Sementara bank kita sendiri tidak mampu melayani perusahaan yang semakin besar," ujarnya.

Menurut Dahlan, skema yang dilakukan dalam aksi korporasi ini sengaja dipilih akuisisi, sehingga entitas BTN tidak hilang, tetap eksis sebagai anak usaha Bank Mandiri. Istilahnya ini hanya seperti memindahkan kepemilikan saham pemerintah di BTN ke Bank Mandiri.

Jadi perumpamaannya adalah seperti BTN yang dulunya anak usaha pemerintah menjadi cucu usaha pemerintah, dimiliki melalui Bank Mandiri sebagai induk usaha. Skema seperti ini pernah dilakukan oleh pemerintah terhadap BUMN produsen semen yang jumlahnya banyak.

Sekarang ini para BUMN semen itu sudah bersatu di bawah satu atap, yaitu menjadi anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebagai holding company BUMN semen. Skema seperti ini mungkin yang akan diterapkan Dahlan di perbankan pelat merah, yaitu menuju Holding Company Bank BUMN.

"Bagi negara sendiri dengan membawa BTN ke Mandiri, bukan merger ini lho, jadi BTN nya tidak hilang, itu Bank Mandiri akan lebih besar dari bank di Malaysia yang mana pun. Jadi. Mandiri akan menjadi bank berkelas di Asia Tenggara. Selama ini kan Singapura, Malaysia, habis itu Thailand, baru Indonesia," tambahnya.

Meski Dahlan menilai akuisisi ini baik, namun ada pihak yang tidak sepakat dengan mantan dirut PLN ini. Rencana tersebut ditolak serikat pekerja BTN.

Ketua Serikat Pekerja BTN Satya Wijayantara berencana mengerahkan pasukan yang terdiri dari sejumlah pegawai BTN untuk berdemonstrasi saat konvensi terakhir Partai Demokrat.

"Kami akan melakukan demo besar-besaran di depan konvensi dan meminta Presiden SBY membatalkan Dahlan Iskan sebagai capres," kata Satya kepada detikFinance.

Ia mencurigai ada agenda politik dari rencana akuisisi ini. Apalagi surat rencana akuisisi ini dikeluarkan Kementerian BUMN pada 11 April 2014, usai pemilihan umum legislatif (pileg).

"Jangan sampai ada yang memanfaatkan akuisisi ini, khususnya oleh bandar-bandar saham," jelasnya.

Sebagai bentuk protes ini, pada Minggu 20 April 2014, akan ada deklarasi setia kepada BTN yang dilakukan oleh 1.000 anggota serikat pekerja, di Menara BTN, Jakarta

Pemerintah memiliki 60,14% saham di BTN. Untuk melakukan pelepasan saham pemerintah di BTN, skema yang bisa dilakukan yakni melalui strategic sales atau penjualan langsung.

Namun penjualan ini, Kementerian BUMN harus memperoleh restu dari komite privatisasi yang diketuai Menteri Koordinator Perekonomian dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah memperoleh lampu hijau, selanjutnya dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) sebagai landasan hukumnya.

Saham Bank Mandiri dan BTN langsung melesat saat kabar ini muncul. Namun setelah penguatan dalam tiga hari terakhir, dua saham ini langsung turun terkena aksi ambil untung.

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham BBTN ditutup turun 40 poin (-2,85%) ke Rp 1.365 per lembar. Sedangkan saham Bank Mandiri terpangkas 125 poin (-1.25%) ke Rp 9.850 per lembar.

(ang/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads