BTN merupakan bank yang banyak menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dengan kemampuannya saat ini, pemerintah menilai sulit bagi BTN untuk terus menyediakan pembiayaan perumahan. Apalagi saat ini ada kekurangan penyediaan rumah dibandingkan kebutuhan yang ada (backlog) sebanyak 15 juta unit.
"BTN punya misi atasi kekurangan perumahan rakyat. Antara keperluan rumah dan kemampuan BTN itu jauh. Kita kurang rumah 1,5 juta per tahun, dan ukuran BTN yang sekarang tidak mampu penuhi itu. BTN harus dapat kuda besar, jangan lari kencang naik keledai," papar Dahlan akhir pekan lalu.
Selain mengatasi masalah backlog, akuisisi BTN oleh Bank Mandiri juga dimaksudkan untuk membentuk sebuah bank berskala besar. Bank ini nantinya diharapkan bisa bersaing di level regional, seiring dimulainya ASEAN Economic Community 2015.
“Indonesia akan langsung punya bank yang melebihi bank di Malaysia. Selama ini bank kita enggak masuk peta Asia Tenggara. Bank terbesar pertama ya Singapura, kedua Malaysia, ketiga Thailand," tutur Dahlan.
Berdasarkan laporan keuangan 2013, BTN memiliki aset senilai Rp 131,2 triliun. Sementara Bank Mandiri masih menjadi bank dengan aset terbesar di Indonesia, yaitu Rp 733,1 triliun (Lihat infografis Fakta Sebelum Akusisi).
Namun rencana ini mendapat tentangan, bahkan dari karyawan BTN sendiri. Akhir pekan lalu, para karyawan BTN menggelar aksi menolak diakuisisi oleh Bank Mandiri.
Satya Wijayantara, Ketua Serikat Pekerja BTN, menyatakan BTN masih merupakan bank yang sehat sehingga tidak perlu ‘diselamatkan’. “BTN jadi satu-satunya bank BUMN yang menjalankan fungsi dan peran negara. Yang diakuisisi itu menurut aturan adalah bank yang mengalami masalah. Kami bank yang sehat, tapi dipaksa untuk diakuisisi,” tegasnya.
Penolakan pun kadang dikaitkan dengan kepentingan politik jelang Pemilihan Presiden. “Jangan sampai ada yang memanfaatkan akuisisi ini, khususnya oleh bandar-bandar saham,” ujar Satya.
Rizal Ramli, mantan Menko Perekonomian, khawatir pencapaian BTN selama ini akan hilang ketika diakuisisi oleh Bank Mandiri. “BTN akan hilang, sejarahnya hilang, jadi subordinat,” tuturnya.
Selain itu, Rizal khawatir akan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai akibat dari akuisisi ini. “Bisa jadi akan ada pemutusan kerja. Karyawan masih muda-muda, hebat-hebat,” katanya.

(hds/DES)











































