OJK: Ironis, Cyber Crime Terjadi di Bank Besar dengan IT Canggih

OJK: Ironis, Cyber Crime Terjadi di Bank Besar dengan IT Canggih

- detikFinance
Selasa, 13 Mei 2014 13:06 WIB
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta kepada seluruh perbankan di Indonesia untuk meningkatkan keamanan dalam melakukan transaksi perbankan. Hal ini menanggapi banyaknya kasus pembobolan baik melalui kartu kredit maupun ATM yang terjadi di beberapa bank di Indonesia.

"Imbauan agar hati-hati karena banyak peristiwa yang terjadi, ini perlu kerjasama dengan bank-banknya untuk melindungi konsumennya. Perlu dibuat kebijakan internal masing-masing," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad saat acara Focus Group Discussion OJK dengan topik 'Kejahatan Perbankan Berbasis TI (Cyber Crime): Strategi Pencegahan dan Penanganannya,' di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (13/5/2014).

Selain peningkatan keamanan di masing-masing internal perbankan, Muliaman menyebutkan, masyarakat perlu dilakukan edukasi secara berkesinambungan terkait hal ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di luar itu kita harus mengedukasi masyarakat, saya sengaja membuat acara ini agar kemudian bergulir isunya dan menjadi perhatian banyak orang," katanya.

Muliaman menjelaskan, selain dari sisi perbankan dan OJK sebagai otoritas, Kepolisian Republik Indonesia juga perlu ikut andil dalam penanganan cyber crime ini. Melalui kewenangannya, Kepolisian Republik Indonesia bisa melanjutkan tindakan yang lebih nyata.

"Ironisnya ini terjadi di bank-bank besar yang IT-nya sudah canggih, ini perlu menjadi perhatian kita, kita lihat manajemen risiko, kalau kita melihat kasus-kasus ini dari pidana umum. Melakukan edukasi untuk mencegah fraud pada masyarakat. Kalau tak bisa dihindari dispute tersebut perlu dicarikan upaya penyelesaian dengan dukungan kepolisian. Pada intinya tugasnya kepolisan lagi mengejar ini," pungkasnya.

Kondisi Perbankan RI Semakin Baik

Pada kesempatan itu, Muliaman mengungkapkan, kondisi industri perbankan di Indonesia terus mengalami peningkatan dan perbaikan. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan di Indonesia dinilai aman berada di angka 18,59% diikuti dengan risiko kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di kisaran 1,9%.

"Industri keuangan semakin baik, industri perbankan semakin meningkat. Modal 18,59%, NPL 1,9%. Angka yang cukup aman tapi tak berarti kita terbebas dari risiko. Risiko akan banyak. Perlu jadi perhatian. ROA, BOPO, semua menunjukkan perkembangan yang membaik," ujar Muliaman,

Dia menjelaskan, secara umum di 2013 kesehatan perbankan di Indonesia terjaga dengan baik terlihat dari kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan termasuk perbaikan kualitas penerapan Good Corporate Governance (GCG).

"Penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan OJK akhir 2013 secara umum kesehatan perbankan terjaga baik. Bank-bank yang terlihat mengalami perbaikan dalam kegiatan usaha terlihat di banyak bank. Termasuk perbaikan kualitas GCG," terang Muliaman.

Muliaman menambahkan, berdasarkan proyeksi OJK 2014, aset perbankan di Indonesia akan bertumbuh di angka 16,28%, Dana Pihak Ketiga (DPK) di kisaran 16,05%, dan penyaluran kredit di angka 16-17%.

"Kinerja positif kinerja perbankan 2013 diharapkan terus berlanjut tahun ini di tengah vulnerabilities yang muncul. Harapan ini diindikasi oleh rencana bisnis. Vulnerabilities bisa datang tiba-tiba. Perbankan mendominasi sektor jasa keuangan yang cukup besar. Jadi harus melengkapi struktur IT untuk menghindari cyber crime antara lain SDM," tutup Muliaman.

(drk/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads