"Di Pulau terdepan kita ada di Tahuna, Natuna, Tarakan, Entikong, Perbatasan Atambua. Di pulau terpencil, ada di pulau Buru," kata Senior Vice President Micro Business Development Group Bank Mandiri Agus Haryoto Widodo saat diskusi di Rumah Makan Harum Manis, Sudirman, Jakarta, Jumat (23/5/2014).
Meski penyaluran kredit sampai pelosok dan perbatasan negeri. Agus menyebut angka kredit macet atau non performing loan (NPL) di daerah pelosok terbilang rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri Hery Gunardi menerangkan perseroan masuk ke bisnis pembiayaan mikro sejak tahun 2005. Hingga saat ini, total kredit yang telah tersalurkan Rp 76 triliun kepada 4 juta nasabah.
Sementara untuk triwulan 1-2014, total debitur kredit mikro mencapai 909.000 orang dengan outstanding kredit Rp 28 triliun dan NPL sebesar 3,47%.
"Mandiri telah kucuri Rp 76 triliun ke micro customer. Ada 4 juta nasabah. Karena nature kredit mikro, itu lunas perpanjang lagi jadi memang kejar-kejaran dengan waktu," sebutnya.
Untuk memperkuat daya saing di sektor mikro, Bank Mandiri pun merekrut putra-putri daerah. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat penetrasi di bisnis mikro. Total pegawai Bank Mandiri di sektor ritel atau mikro kredit sales sebanyak 8.000 orang.
"Kalau untuk SDM mikro bisnis, kita rekruit local people. Local people dia sangat tahu environment di daerah. Atensi ke publik di daerah akan meningkat. Kita sangat yakin program pengembangan karir di Mandiri," paparnya.
(feb/ang)











































