"Salah satu tugas BI itu menjaga stabilitas sistem keuangan. Kalau terjadi harga naik sekali, atau nilai tukar merosot sekali jadi itu salah satu awal dari krisis ekonomi," kata Agus saat menjawab pertanyaan terkait tugas BI mengantisipasi krisis ekonomi dari salah satu siswa SMKN 38 Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Agus menjelaskan, krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998 merupakan pelajaran bagi Indonesia. "Waktu itu ketika ada krisis dimulai adanya krisis keuangan, kepercayaan, menjadi krisis ekonomi, sosial, terjadi kegaduhan dan akhirnya terjadi krisis politik. Dulu disebut krisis moneter, itu bukan tapi krisis ekonomi, itu berat sekali, dulu sampai presiden ganti, mundur jadi presiden, itu menunjukkan besarnya krisis," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menilai, hal paling utama dari tugas BI adalah mencapai kestabilan nilai tukar rupiah tercermin dari kestabilan harga barang dan jasa dan inflasi terkendali.
"Jadi bagaimana BI menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, stabilitas harga supaya tidak terjadi kecenderungan yang terus meningkat secara nasional, agar terjangkau dan tidak terjadi kenaikan yang berlebihan. Kalau pun naik tidak menggerus daya beli masyarakat, ini membuat masyarakat yang penghasilannya kecil semakin sulit hidupnya karena harga cenderung meningkat," terang dia.
Agus menambahkan, BI bertekad untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil. "Kalau ada fluktuasi wajar tapi yang kita jaga kalau nilai tukar adalah kekuatan kita. Saya tidak mau terlalu bergejolak, saya ingin kestabilan tukar rupiah. BI ingin jadi yang kredibel, terpercaya di regional," tegasnya.
(drk/hds)











































