Ramai- Ramai Membidik Pasar IT Perbankan Indonesia

Laporan dari India

Ramai- Ramai Membidik Pasar IT Perbankan Indonesia

- detikFinance
Rabu, 27 Agu 2014 10:48 WIB
Ramai- Ramai Membidik Pasar IT Perbankan Indonesia
Jakarta - Pertumbuhan ekonomi termasuk sektor jasa keuangan telah memantik minat industri software teknologi informasi untuk lembaga keuangan menggarap pasar Indonesia. Ceruk pasar segmen industri keuangan diyakini masih besar.

“Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial,” tutur Jadeep Billa, Chief Executive Officer Global Universal Banking Polaris Financial Technology, di kantor pusat Polaris, Chenai, India, pekan lalu.

Selain ditopang pertumbuhan ekonomi yang dinamis, terutama setelah era reformasi, sektor industri keuangan Indonesia memiliki potensi berkembang sangat besar. Pasalnya, dari sekitar 250 juta jiwa penduduk Indonesia, yang telah menggunakan jasa perbankan baru 21,8%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan ekonomi yang terus tumbuh tingkat pemdapatan per kapita masyarakat juga terus meningkat. Naiknya pendapatan tersebut diikuti peningkatan gaya hidup, salah satunya meningkatnya permintaan barang dan jasa.

“Tren yang kami lihat di Indonesia adalah, orang-orang berpenghasilan besar itu, orang-orang muda,” ungkap Vikram Ranavarman, 36 tahun, salah karyawan NIIT, perusahaan software di Chenai.

Bapak dua anak itu mengaku, dirinya telah mendapatkan hasil penelitian sebuah perusahaan riset investasi di Singapura yang menyebut, selain permintaan barang konsumsi meningkat, tren perilaku investasi di Indonesia juga naik. Hanya saja, dia melanjutkan, tempat berinvestasi tersebut tidak semuanya di Indonesia.

“Dan sebagian di antaranya bukan di instrument keuangan, tetapi di properti di luar negeri,” ujarnya.

Seperti halnya Jadeep, Vikram berpendapat potensi pasar itu tidak akan bisa dimanfaatkan jika lembaga keuangan baik bank maupun non bank tidak melakukan terobosan. Salah satu caranya memperbanyak varian produk yang disertai kemudahan layanan.

“Artinya, di sinilah, perangkat teknologi sangat diperlukan. Jika tidak, loyalitas konsumen akan pudar,” ucapnya.

Maklum,menurut Vikram, selain keuntungan yang menarik, para pengguna jasa industri keuangan umumnya juga mempertimbangkan kemudahan, kenyamanan, serta keamanan layanan yang disediakan oleh perusahaan keuangan. Terlebih, bila para konsumen tersebut adalah pebisnis induvidu maupun lembaga.

Fakta ini, sejatinya disadari oleh industry keuangan baik bank maupun non bank di Indonesia. Setidaknya, itu terlihat dari besarnya dana yang dialokasikan untuk membeli perangkat teknologi informasi.

Hasil survei yang dilakukan International Data Corporation pada April – Mei lalu, belanja perangkat teknologi informasi oleh lembaga keuangan tahun ini naik 12,5% dibanding tahun lalu. Belanja perangkat tersebut, tahun ini diperkirakan mencapai US$ 16,8 miliar.

Kenaikan anggaran untuk belanja perangkat tersebut juga didorong oleh semakin meningkatnya penggunaan layanan internet dan phone banking oleh konsumen. Lembaga riset itu mencatat, pendapatan perbankan dari layanan phone banking tahun lalu mencapai US$ 500 juta dan pada 2016 diperkirakan mencapai US$ 3 miliar.

Vira Soekardiman, Vice President & Country Director – Indonesia, Polaris Software Lab Pte Ltd tak menampik informasi tersebut. Menurutnya, secara umum, anggaran belanja perangkat lunak teknologi informasi oleh lembaga keuangan, terutama bank, terus meningkat.

“Karena permintaan dari customer juga terus meningkat dan variannya beragam,” ucapnya.

Sementara, bank sebagai institusi bisnis yang sangat mengedapankan kepercayaan dari para nasabahnya berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka.

“Dan peranti IT itu bagian dari delivery channel layanan terhadap kebutuhan customer,” kata dia.

Seperti halnya Vikram, Vira juga mengakui besarnya potensi pasar IT untuk industri keuangan di Indonesia telah memantik minat produsen untuk menggarapnya. Selain dari Amerika dan Eropa, sejumlah perusahaan asal India juga mencoba masuk.

“Persaingan memang semakin ketat, tetapi potensi saya rasa masih cukup besar. Apalagi masing-masing menawarkan keunggulan yang berbeda,” ucap Vira.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads