Turis Asing Doyan Belanja Pakai Bitcoin di Bali

Turis Asing Doyan Belanja Pakai Bitcoin di Bali

- detikFinance
Kamis, 04 Sep 2014 08:18 WIB
Turis Asing Doyan Belanja Pakai Bitcoin di Bali
Ilustrasi Foto: CNBC
Jakarta -

Automated Teller Machine (ATM) Bitcoin pertama di Indonesia akan hadir di Jalan Legian, Kuta, Bali. Apa alasan Pulau Dewata dipilih jadi lokasi 'ATM' Bitcoin pertama?

Menurut Pendiri sekaligus CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan, peminat dan frekuensi transaksi Bitcoin di Bali cukup tinggi, terutama para turis yang datang dari luar negeri. Namun ATM ini bukan seperti kebanyakan ATM yang diatur oleh BI, tapi bentuknya seperti vending machine yang menjual Bitcoin.

"Tujuan kita juga untuk menarik lebih banyak wisatawan datang ke Bali. Karena Bitcoin ini akan tidak bisa dicuri orang, tidak seperti uang cash. Kalau turis kehabisan uang cash tinggal tukar Bitcoin saja jadi rupiah," katanya kepada detikFinance, Rabu (3/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oscar mengatakan sudah banyak wisatawan asing yang menggunakan jasa Bitcoin Indonesia yang berkantor di Jalan Legian, Kuta, mulai dari turis asal Amerika Serikat (AS), Prancis, Jerman, Rusia dan lain-lain.

Pernah juga ada turis Jerman yang datang menukar Bitcoin ke rupiah karena baru saja kecopetan di pantai. Seluruh barang-barangnya habis digondol pencoleng.

"Semuanya hilang dan ia tidak punya uang. Dia datang bawa laptop ke kantor (Bitcoin Indonesia), dia perlihatkan wallet-nya dan langsung Bitcoin ditukar jadi rupiah," ujarnya.

Uangnya itu, kata Oscar, langsung dipakai untuk mengurus surat kehilangan paspor dan keperluan lain selama di Bali. Oscar menambahkan, kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu kali.

"Sudah pernah tiga kali ada kejadian seperti ini," imbuhnya.

Bitcoin merupakan salah satu dari banyak cryptocurrency yang beredar di dunia maya, juga salah satu yang paling beken. Beberapa negara ada yang sudah menerima Bitcoin dan merestui transaksi di beberapa perusahaan.

Namun ada beberapa negera yang menyatakan Bitcoin ilegal, salah satunya adalah Tiongkok. Pasalnya, nilai Bitcoin selalu berfluktuasi dalam rentang yang sangat lebar.

Tahun lalu saja, nilai Bitcoin sempat naik tinggi hingga lebih dari US$ 1.000 tapi hanya dalam beberapa hari nilainya langsung anjlok ke US$ 200 per bit. Mata uang ini juga sempat dianggap kontroversional karena sering digunakan untuk transaksi ilegal seperti jual beli narkoba, senjata, sampai nonton pertunjukan bugil secara live.

Sejumlah kontroversi sempat menaungi Bitcoin di awal tahun. Dimulai dari bangkrutnya Mt. Gox, sebuah perusahaan penukaran Bitcoin asal Jepang pada akhir Februari. Padahal 30% transaksi Bitcoin dunia dilakukan di perusahaan itu.

Tak lama kemudian giliran Flexcoin yang bangkrut. Perusahaan ini memang tak sebesar Mt. Gox. Namun situasi ini tak urung menimbulkan tanda tanya akan ketangguhan Bitcoin sebagai alat tukar.

Menurut Anda bagaimana, apakah Bitcoin bisa menjadi alat tukar masa depan yang praktis? Atau Bitcoin dianggap terlalu berbahaya dan tidak akan bertahan lama? Kirim pengalaman Bitcoin Anda ke redaksi@detikFinance.com.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads