Bos Citi Indonesia Cerita Soal 'Perang' Bunga Deposito

Bos Citi Indonesia Cerita Soal 'Perang' Bunga Deposito

- detikFinance
Selasa, 30 Sep 2014 16:05 WIB
Bos Citi Indonesia Cerita Soal Perang Bunga Deposito
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan perbankan tengah berada dalam situasi 'perang' suku bunga deposito. Demi merangkul nasabah, sejumlah bank berani menawarkan bunga deposito sampai 11%.

Menurut Chief Country Officer Citi Indonesia Tigor M Siahaan, ada penyebab bank-bank sampai mematok bunga deposito cukup tinggi. Dia menyebut bank harus menjaga likuiditas agar bisa menyalurkan kredit.

"Dana untuk penyaluran kredit kebanyakan dari deposito atau dana lain yang merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK). Makanya sekarang yang terjadi bank-bank itu bersaing untuk mendapatkan DPK supaya mereka bisa terus menyalurkan kredit," kata Tigor kala ditemui di Hotel Atlet Century, Jakarta, Selasa (30/9/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memberi gambaran, saat ini terjadi ketimpangan antara pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan dengan jumlah DPK yang berhasil dihimpun. Pertumbuhan kredit sangat cepat, tidak mampu diimbangi oleh pertumbuhan DPK.

"Kalau kita tarik kembali, pertumbuhan kredit di Indonesia memang sangat cepat. Pertumbuhannya sekitar 25% dalam beberapa tahun terakhir. Sementara dari sisi permodalan pertumbuhannya tidak secepat itu, mungkin hanya sekitar Rp 15-16%," sebutnya.

Tigor menyatakan, perang bunga deposito juga disebabkan oleh masih minimnya masyarakat yang bisa mengakses perbankan. Akibatnya, bank hanya mengandalkan nasabah lama dan terus mengiming-imingi bunga deposito tinggi. "Ibaratnya bank berebut kue yang itu-itu saja," ujarnya.

Saat ini, lanjut Tigor, hanya 20% masyarakat yang melek finansial "Sisanya hanya bertransaksi secara cash, menyimpan duit di bawah bantal. Menurut saya, yang 80% ini yang harus dikejar. Ini adalah market yang belum tersentuh," paparnya.

Oleh karena itu, tambah Tigor, perang suku bunga bisa diatasi jika akses perbankan diperluas. Dengan demikian dapat diperoleh sumber-sumber dana baru yang dapat dikelola perbankan.

"Jadi kembali lagi, apa kendalanya di sini. Kendalanya adalah inklusi finansial, mempermudah akses masyarakat kepada fasilitas finansial. Jadi yang harus kita lakukan itu kuenya yang diperbesar, jangan berebut kue yang itu-itu saja. Makanya saya setuju dengan upaya OJK yang terus mendorong untuk inklusi finansial ini," simpulnya.

(hds/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads