Demikian disampaikan Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo dalam Paparan Kinerja Keuangan BNI Kuartal III-Tahun 2014 di Gedung BNI, Jakarta, Kamis (30/10/2014).
Gatot menjelaskan, faktor utama penyumbang laba bersih adalah Pendapatan Operasional yang mencapai Rp 23,68 triliun atau tumbuh 13,0% dibanding kuartal III-2013, di mana Rp 16,39 triliun di antaranya merupakan kontribusi dari pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang meningkat 18,6% lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2013. Sumber Pendapatan Operasional lainnya berasal dari Pendapatan Non-bunga yang mencapai Rp 7,29 triliun.
Kinerja kredit BNI menjadi pemicu pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih pada kuartal III-2014.
Penyaluran kredit BNI tumbuh 14,1% di atas realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2013 atau mencapai Rp 267,94 triliun, dengan komposisi sebesar 75,3% dialokasikan untuk sektor Bisnis Banking 19,4% untuk sektor Konsumer & Ritel.
Di sisi Bisnis Banking, distribusi kredit BNI mengarah ke 8 sektor unggulan, yaitu sektor Minyak, Gas, dan Pertambangan; Informasi & Telekomunikasi; Kimia; Pertanian; Makanan; Ritel dan Perdagangan Besar; Kelistrikan; dan Sektor Konstruksi.
Ada pun di sisi Konsumer & Ritel, kredit BNI disalurkan kepada beberapa sektor utama, dimana kucuran untuk Kredit Pemilikan Rumah (BNI Griya) mendapatkan porsi terbesar yaitu 62,8% dari total kredit Konsumer & Ritel BNI.
“Kucuran kredit kami pada tahun 2014 memang diarahkan pada inisiatif BNI untuk menjadi pionir pembiayaan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI dan meningkatkan ekspansi kredit pada sektor-sektor utama di setiap kawasannya,” ujar Gatot.
Realisasi kredit tersebut menempatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) BNI pada posisi 85,7% atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2013 yang berada pada level 84,7%. LDR ini masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI).
Peningkatan kredit ini juga menunjukkan upaya BNI untuk terus meningkatkan fungsi intermediasinya dan menjadi agen pembangunan ekonomi di Indonesia.
Kualitas kredit pun membaik, ditandai dengan menurunnya Net NPL maupun Gross NPL. Net NPL turun dari 0,6% pada kuartal III-2013 menjadi 0,5% pada kuartal III-2014, sedangkan Gross NPL turun dari 2,4% pada kuartal III-2013 menjadi 2,2% pada kuartal III-2014.
Sesuai prinsip kehati-hatian, BNI juga meningkatkan rasio pencadangan (coverage ratio) dari 125,2% pada kuartal III-2013 menjadi 129,0% pada kuartal III-2014.
BNI tetap mengutamakan penyaluran kredit di dalam negeri sehingga komposisi kredit dalam mata uang Rupiah tetap lebih besar, yaitu mencapai 86% atau sama dengan Kuartal III 2013.
Pada saat yang sama, BNI tetap memperkuat bisnisnya di luar negeri sebagai salah satu bagian dari antisipasi terhadap berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Salah satu indikasinya adalah kredit untuk segmen Internasional yang meningkat 41,4% menjadi Rp 9,80 triliun pada kuartal III-2014.
“Kami memandang, bank asal Indonesia seharusnya sudah memahami pasar di negara-negara ASEAN dari sekarang, bukan setelah berlakunya MEA,” ujar Gatot.
Pertumbuhan kredit BNI dikontribusi dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 11,9%, yaitu dari Rp 275,63 triliun pada kuartal III-2013 menjadi Rp 308,33 triliun pada kuartal III-2014.
Kualitas DPK pun semakin dijaga dengan fokus utama pada penghimpunan dana murah berupa Current Account Saving Account (CASA) yang pada kuartal III-2014 mencakup 62% dari total DPK.
Kombinasi kucuran kredit yang tumbuh 14,1% dengan CASA yang tetap dominan telah mendorong pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) BNI pada kuartal III-2014 ini.
(drk/ang)











































