Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, hadirnya pondok pesantren bisa mendorong tumbuhnya ekonomi syariah di Indonesia. Dia mengungkapkan, pondok pesantren sudah ada sejak tahun 1499, dan saat ini jumlah pesantren sudah mencapai lebih dari 27.000. Dari angka tersebut, jumlah pesantren di Jawa Timur mencapai lebih dari 6.000, sementara di Jawa Barat mencapai 7.600.
"Ponpes ini tumbuh bersama dengan bangsa Indonesia. Bagaimana pesantren diberdayakan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi," ujar Agus dalam acara Bincang Nasional Tentang Pesantren dengan tema 'Pemberdayaan Lembaga Pesantren dalam Rangka Peningkatan Kemandirian Ekonomi' di Kantor BI Surabaya, Rabu (5/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Indonesia baru ada bank syariah pada 1992. Terus berkembang, pada 1999 BI sudah menyiapkan satu kegiatan pengawasan perbankan syariah dan moneter syariah. Kemudian pada 2008, UU Perbankan Syariah disahkan dan menyusul UU Sukuk Negara.
"Kemudian setelah itu ekonomi syariah berkembang ke depan, sampai ada pasar modal syariah. Akhir 2013, pengawasan keuangan syariah beralih ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan)," terang dia.
Di tempat yang sama, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menambahkan, provinsinya siap menjadi salah satu wilayah pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
"Kami siap jadi pilot project keuangan ekonomi syariah. Terima kasih Jatim jadi tuan rumah pertemuan negara-negara Islam. Indonesia punya potensi ekonomi syariah yang cukup tinggi," kata Soekarwo.
Hadir dalam acara ini Menteri Agama Lukman Hakim, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid, Pimpinan NU Hasyim Muzadi, serta para kyai dan ulama perwakilan seluruh Indonesia.
(drk/hds)











































