Salah satu kesepakatan yang dibuat adalah soal asas resiprokal, di mana akses pasar dan fleksibilitas operasional harus saling menguntungkan dan dapat diterima oleh negara yang bersepakat.
Nantinya, perbankan Indonesia bisa mendapat kemudahan berekspansi di Malaysia melalui pembukaan kantor cabang dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi Malaysia di Indonesia punya 3 bank, CIMB Niaga, BII Maybank, dan Maybank Syariah. Ada 1.390 kantor, 4.800 ATM, sementara Indonesia di Malaysia kita punya 1 cabang, Bank Muamalat, nah ini kurang lebih sudah dibicarakan dalam kesepakatan bagaimana mengisi gap yang ada, asas risiko ke market juga dibicarakan," papar Agus saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, dalam kesepakatan Indonesia dengan Malaysia, poin asas resiprokal menjadi yang utama. Tujuannya agar integrasi sektor keuangan di ASEAN bisa berjalan lebih cepat dan saling menguntungkan dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Tujuan untuk integrasi di ASEAN agar lebih cepat, kita juga mau meyakini bahwa integrasi itu azas resiprokal menjadi landasan utama, yang disepakati adalah market akses, fleksibility, selain dengan Malaysia jadi nanti 10 negara sepakat bahwa harus bank seperti apa, permodalan, pengelolaan, daya tahan, dan lain-lain," sebutnya.
Agus juga menyebutkan, dalam kesepakatannya nanti dijelaskan bagaimana membuka kantor cabang, kantor ATM, akses sistem pembayaran domestik ke sistem internet banking dan lain-lain.
"Kita sepakat bagaimana ABIF mendukung proses market akses dan operasional fleksibility. Apabila satu bank akan masuk dalam negara lain bagaimana prosesnya, dan itu diskusi yang baik yang bisa kita selesaikan," kata Agus.
(drk/ang)











































