Subsidi Premium Dihapus, Likuiditas Perbankan Tahun Depan Longgar

Subsidi Premium Dihapus, Likuiditas Perbankan Tahun Depan Longgar

- detikFinance
Rabu, 31 Des 2014 16:52 WIB
Subsidi Premium Dihapus, Likuiditas Perbankan Tahun Depan Longgar
Jakarta -

Pemerintah telah menetapkan kebijakan menghapus subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan menurunkan harganya menjadi Rp 7.600 per liter dari sebelumnya sebesar Rp 8.500 per liter.

Pemerintah juga menetapkan kebijakan subsidi tetap untuk BBM jenis solar sebesar Rp 1.000 per liter. Harga solar juga diturunkan dari semula Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Sementara minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah mengungkapkan, dengan kebijakan pemerintah tersebut akan ada penghematan anggaran sedikitnya Rp 200 triliun. Hal itu akan membuat likuiditas perbankan lebih longgar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Minimal dengan adanya penghapusan subsidi premium dan subsidi tetap solar akan tersedianya pengeluaran pemerintah yang cukup besar minimal Rp 200 triliun, untuk sisi perbankan likuiditas lebih longgar sehingga perbankan akan lebih leluasa mengejar sasarannya," jelasnya saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Rabu (31/12/2014).

Halim menjelaskan, dengan likuiditas yang tak lagi ketat akan mampu mendorong perbankan untuk eskpansi lebih gencar. Penyaluran kredit akan mampu bertumbuh di batas atas target BI sebesar 14% tahun depan.

"Kredit dengan pertumbuhan ekonomi terdorong, kemungkinan akan mencapai ke batas atas yang kita tetapkan di kisaran 14-16%, kita akan lebih optimis," katanya.

Selain itu, dari sisi profitabilitas perbankan juga akan lebih baik.

"Selama ini Return On Asset (ROA) tertekan di bawah 3%, biasanya dulu-dulu di atas 3%, mudah-mudahan dengan ekonomi yang tumbuh lebih cepat, profitabilitas membaik, ROA akan membaik," ucap dia.

Namun begitu, Halim menyebutkan, masih perlu diwaspadai pengaruh perekonomian global atas rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunganya. Ini memungkinkan investor menarik dananya ke luar negeri.

"Kita melihat ketahanan perbankan kita, risiko-risiko dalam negeri dalam wilayah yang baik, tidak ada kekhawatiran dengan guncangan-guncangan, cuma volatilitas pasar keuangan dunia masih kita hadapi, kita tahu suku bunga AS akan naik dan search untuk mereka mencari untuk menanamkan uangnya ke negara yang lebih menguntungkan," paparnya.

Meski demikian, Halim menambahkan, ketertarikan investor asing terhadap surat berharga negara tahun ini masih baik.

Di tahun 2014, aliran dana asing masuk melalui surat-surat berharga seperti SBI, SBN lebih dari Rp 200 triliun, sementara tahun 2013 hanya Rp 35 triliun.

"Jadi kita akan menyaksikan di sektor keuangan kemungkinan akan ada arus masuk yang sifatnya volatile, kita coba mengatasi beberapa aturan dalam rangka pendalaman pasar keuangan. 2015-2016 sektor keuangan kita secara umum baik. Dengan kebijakan pemerintah yang baru menunjukkan jangka panjang fundamental akan lebih sehat," pungkasnya.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads