"Pergunakan uang dengan baik. Jangan dicoret-coret, jangan bikin lusuh, itu memperpendek umur uang. Dalam setahun untuk mencetak uang dan mendistribusikannya bisa Rp 3,5 triliun, jadi tolong perlakukan uang dengan baik," jelas Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Eko Yulianto saat ditemui di gedung BI, Jakarta, Rabu (3/2/2015).
Eko menyebutkan, dengan besaran biaya tersebut BI bisa mencetak sedikitnya 7,9-8,3 miliar lembar uang dalam setahun dengan berbagai macam pecahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mahalnya biaya cetak uang, Eko mengungkapkan proses pencetakan uang juga rumit dan membutuhkan waktu lama. Mulai dari pemilihan gambar pahlawan, mendesain, hingga dicetak, prosesnya mencapai 24-28 bulan.
"Sampai jadi, itu prosesnya panjang. Dari pulp (bubur kertas) itu ada bagian-bagian ditipiskan jadi nampak saat diterawang, ada serat fiber, benang pengaman, belum lagi saat pencetakan ada security-nya juga sehingga tidak serta-merta tapi ada uji coba cetak. Biayanya juga mahal, jadi masyarakat kita minta peran sertanya. Dirawat uangnya," jelas Eko.
Meski pun mengeluarkan biaya mahal, lanjut Eko, penukaran uang rusak yang disampaikan masyarakat ke BI atau pun bank tidak dikenakan biaya. Ini sebagai bentuk peredaran uang yang baik kepada masyarakat.
"BI juga tidak pernah narik biaya sepeser pun untuk penggantian uang rusak, lusuh, diganti 100%. Seharusnya di bank juga nggak narik biaya karena di BI juga nggak narik biaya," pungkasnya.
(drk/hds)