Total dana yang sudah dicuri mencapai total US$ 1 miliar (Rp 12 triliun). Serangan hacker ini bisa jadi yang terbesar dalam sejarah pembobolan bank lewat dunia maya.
Bagaimana ceritanya bisa menyabot dana dalam jumlah banyak seperti itu? Ikuti rangkuman detikFinance, Selasa (17/2/2015).
Modus Operandi
|
Nah, software ini yang akan merekam dan mempelajari kebiasaan dan cara kerja pegawai bank. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan data tersebut, para hacker bisa mentransfer sejumlah uang ke rekening khusus tanpa sepengetahuan nasabah maupun pegawai bank yang bersangkutan.
Setiap kali mentransfer uang, para hacker ini mengambil sekitar US$ 2 juta hingga US$ 10 juta dari masing-masing bank yang berbeda.
Cara Uang Dicuri
|
Program jahat yang dikirim hacker disamarkan dengan jenis file Microsoft Word (.doc) dan Control Panel Applet (.CPL)
Jika program tersebut diakses, maka malware akan mulai merekam semua prosedur dan kegiatan pegawai bank. Hacker juga bisa mengendalikan komputer bank dari jarak jauh berkat program ini
Dengan mempelajari prosedur bank dan kebiasaan si pegawai, hacker bisa mencuri uang dengan berbagai cara:
- mentransfer uang ke rekening tertentu
- mengirim uang melalui e-payments ke luar negeri
- mengeluarkan uang melalui ATM di tempat dan waktu tertentu
Sudah Berlangsung Sejak 2013
|
Berdasarkan laporan produsen anti virus asal Russia, Kaspersky Lab, serangan gerombolan hacker tersebut masih aktif sampai sekarang. Pelakunya diduga beroperasi dari Russia, Ukraina, Tiongkok, dan beberapa negara Eropa lain.
Negara yang jadi Sasaran
|
Berikut ini negara-negara yang sudah kena pencurian uang tersebut seperti dikutip dari daftar yang dirilis Kaspersky: Amerika Serikat (AS), Brasil, Kanada, Maroko, Spanyol, Islandia, Inggris, Prancis, Swiss, Jerman, Norwegia, Republik Ceko, Polandia, Bulgaria, Ukraina, Russia, Pakistan, India, Nepal, Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, dan Australia.
Halaman 2 dari 5