Menurut pengamat pasar uang Farial Anwar, berpindahnya para spekulan dari komoditas ke dolar AS akibat rumor soal rencana bank sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga.
"Spekulan pindah ke dolar AS, daripada emas, minyak turun. Itu permainan spekulan, dinilai berisiko bermain di komoditas seperti CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah), emas, perak," ujarnya ketika dihubungi detikFinance, Selasa (17/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah 2 tahun isu soal kenaikan suku bunga The Fed ini diombang-ambing. Ini menarik buat investor karena dolar AS naik terus," ujarnya.
Tahun ini saja, rupiah sudah melemah lebih dari 5% terhadap dolar AS. Dolar AS makin perkasa di kisaran Rp 13.000.
"Dollar Index menguat tajam terhadap seluruh mata uang dunia termasuk rupiah, tapi hati-hati dolar AS mendekati posisi tertingginya," katanya.
Meski demikian, Farial memprediksi pergerakan dolar AS masih akan kuat hingga akhir 2015. Jika masih banyak investor dalam negeri mengincar dolar AS, maka posisinya bisa bertahan di Rp 13.000 pertengahan tahun ini.
"Sampai pertengahan tahun masih akan kuat. Mereka (AS) belum ingin menghentikan penguatan dolar. Belum ada kepastian. Kalau naik orang akan beramai-ramai pegang dolar AS. Pertengahan tahun diperkirakan Rp 13.500 karena kita juga bermasalah dalam sisi suplai," imbuhnya.
(ang/hds)