Sepanjang 2014, PT Manulife Indonesia mencatat pertumbuhan premi asuransi baru sebesar 15% menjadi Rp 3,2 triliun.
Total klaim tercatat naik 37% menjadi Rp 5,7 triliun sepanjang 2014, lebih tinggi dibandingkan periode tahun 2013 sebesar Rp 4,2 triliun. Total klien atau peserta juga naik menjadi 2,2 juta atau lebih tinggi 7% dari tahun sebelumnya yang hanya 1,9 juta.
Total premi dan deposito tercatat Rp 16,3 triliun sepanjang 2014, atau naik 10,5% dari tahun sebelumnya Rp 14,8 triliun.
Demikian disampaikan Chris Bendl, Chief Executive Officer & President Director, Manulife Indonesia dalam siaran persnya yang diterima detikFinance, Selasa (12/5/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Indonesia menghadapi tahun yang penuh tantangan dengan adanya gangguan banjir yang terjadi pada kuartal pertama dan masa transisi menuju kepemimpinan baru yang mempengaruhi sentimen pasar sepanjang tahun," ujar dia.
Selain itu, kenaikan tingkat suku bunga dan ketidakstabilan nilai tukar mata uang asing juga turut menghadirkan sejumlah tantangan bagi bisnis perusahaan dan menyebabkan melemahnya daya beli masyarakat.
Walaupun demikian, pihaknya tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Di tengah-tengah perlambatan ekonomi, kami tetap mencatat imbal hasil investasi yang sehat, yang menunjukkan keunggulan dari keragaman bisnis Manulife," kata dia.
Chris menyebutkan, indikator keuangan lainnya juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan laba bersih konsolidasi setelah pajak sebesar Rp 1,4 triliun.
Hal ini membuktikan kemampuan perusahaan dalam menjalankan manajemen risiko dengan hati-hati, efisiensi biaya yang efektif dan investasi yang akurat.
“Kami percaya bahwa keragaman model bisnis serta kemampuan manajemen biaya dan manajemen risiko yang kuat, memposisikan kami untuk melewati berbagai tantangan ekonomi makro dan terus memanfaatkan berbagai peluang yang mengemuka akibat perubahan kondisi bisnis,” pungkasnya.
(drk/ang)