ATM hasil merger yang direncanakan beroperasi tahun ini diharapkan bisa memberikan efisiensi kepada masyarakat terutama soal biaya transaksi. Diharapkan, fee atau biaya transaksi bisa lebih murah lewat ATM Link.
"Iya (fee) lebih murah, jadi (dengan penggabungan ATM) bank tidak perlu investasi baru," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Asmawi Syam saat ditemui di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (3/6/2015).
Asmawi menjelaskan, saat ini pihaknya dengan bank-bank terkait tengah mendiskusikan untuk menentukan besaran biaya transaksi yang akan ditarik lewat penggunaan ATM hasil merger ini.
"Belum dibahas, pasti kita harapkan dia lebih efisien karena investasi dia kan turun, nggak perlu banyak investasi, sedangkan ATM yang sudah ada itu kan sudah mulai menyusut, artinya investasi lebih murah," terang dia.
Lebih jauh Asmawi menyebutkan, setiap tahun pihaknya selalu menambah jumlah ATM. Sedikitnya 2.000 ATM dibangun per tahun. Dengan adanya merger ATM bank BUMN, pendirian ATM akan menyusut dan ini akan menekan biaya investasi perseroan.
"Kalau ada yang sudah overload kita relokasi, bisa nambah tapi yang penting relokasi pemerataan, kita akan lihat ATM bank mana, siapa yang mau direlokasi, ada 4 bank, kita kesepakatan saja. ATM tahun ini nambah 2.000 ATM, tahun depan kita lihat relokasinya seperti apa," jelas dia.
Asmawi menambahkan, rata-rata transaksi harian ATM BRI mencapai 200 orang. Artinya, sekitar 6.000 transaksi per bulannya. Besarnya angka tersebut bisa diperbantukan dengan hadirnya ATM Link ini.
"Standar per hari 200, 6.000 per bulan, itu standar, transaksi, kalau sudah di atas itu kita nambah satu ATM lagi, tapi sekarang nggak perlu banyak-banyak, 4 kartu bisa dilayani ATM mana saja, tinggal hitungan fee saja. Ini hanya kemudahan agar masyarakat cari ATM ada dengan biaya yang sama," pungkasnya.
(drk/ang)