"Akhir tahun seluruh angkutan bus TransJakarta sudah menggunakan e-money (uang elektronik). Kami juga latih PKL, kami jamin tidak ada kimia dan formalin, transaksi menggunakan non cash. Memaksa kartu Jakarta Pintar, SMA-SMP Rp 50 ribu per minggu, kartu Jakarta Pintar tidak bisa ditarik satu sen pun, BI juga harus kami libatkan," tutur Ahok.
Hal ini disampaikan Ahok saat peresmian Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Jalan Juanda, Jakarta, Senin (22/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke soal uang elektronik, Ahok mengatakan, dirinya sudah berbicara dengan Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin. Dalam perbincangan tersebut, Ahok ingin lewat transaksi elektronik, bisa dicek siapa saja pengguna bus dan profilnya.
Tak hanya untuk bus, Ahok juga menantang Bulog agar pembelian beras murah dalam operasi pasar, wajib menggunakan uang elektronik.
"Saya menantang Bulog, kami juga ingin sekali. Kami lakukan operasi pasar (OP), itu yang beli beras OP itu siapa, ada tidak datanya, tidak ada, ini masalah buat kami, siapa pun mau beli beras subsidi harus pakai e-money, ini sistem yang harus dijalankan," tegas Ahok.
Selain beras, Ahok ingin pembeli daging dan juga pembelian di toko-toko kelontong menggunakan uang elektronik. Tujuannya, Ahok ingin mematahkan permainan di sektor pangan yang membuat harga tinggi. Sehingga ujungnya inflasi bisa terjaga.
"Makanya Pak Agus (Gubernur BI), saya sampaikan lebih gampang mana jadi gubernur di Jakarta sama waktu di Belitung, gampang di Jakarta Pak. Tidak sombong saya, karena mereka sudah pintar-pintar tapi saya perlu latihan otot saja, saya lebih suka di Jakarta, waktu di Belitung saya harus latihan otot dan otak, pusing saya," papar Ahok di depan Agus Martowardojo yang hadir.
(dnl/hen)











































