Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswaraβ mengatakan merosotnya cadangan devisa karena untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini.
"BI harus hadir di pasar untuk stabilisasi kurs dan BI juga hadir di pasar obligasi.β Kenapa? Bukan untuk mengendalikan yield, tapi karena kalau dibiarkan investor keluar juga beli dolarβ," kata Mirza di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (8/7/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namanya bulan Juni adalah bulan dimana permintaan valas untuk bayar utang, dividen ke luar negeri memang besar. Kedua ya memang tekanan di pasar keuangan juga belum reda sedangkan eksportir biasanya dalam kondisi tekanan malah tidak jual dolarnya, malah hold dolarnya," jelas Mirza.
Ia menegaskan dalam dua minggu terakhir, aliran dana asing sudah mulai masuk ke dalam negeri, terlihat rupiah sudah mulai menguat meski tipis.
"Kita lihat 2 minggu terakhir investor asing mulai masuk pasar SBN (Surat Berharga Negara). Kalau pasar saham saja yang masih outflow. Rupiah menguat ke 13.295 itu tanda investor masuk ke SBN," katanya.
Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 13.344 per dolar AS sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan kemarin di Rp 13.305 per dolar AS.
(mkl/hen)











































