Bisnis Otomotif dan Properti RI Lesu, Ini 'Resep' BI

Bisnis Otomotif dan Properti RI Lesu, Ini 'Resep' BI

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Kamis, 06 Agu 2015 15:00 WIB
Bisnis Otomotif dan Properti RI Lesu, Ini Resep BI
Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dalam tren melambat. Pada triwulan II-2015, pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4,67% atau lebih rendah dari kuartal I-2015 yang sebesar 4,71%. Perlambatan ini berdampak pada bisnis otomotif dan properti di Indonesia.

Direktur Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Yati Kurniati menyebutkan, pertumbuhan kredit turun tajam hanya sebesar 10,4% pada bulan Juni 2015. BI mencatat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hanya tumbuh 6,5% sedangkan penyaluran Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) pada bulan yang sama hanya tumbuh 30,7%.

Atas dasar itulah, BI mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menggairahkan bisnis properti dan otomotif. Resep yang diberikan BI ialah melonggarkan batasan Loan To Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB, menjadi lebih rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu yang mendasari kami mengeluarkan kebijakan, dari sektor properti dan otomotif. Kebijakan kami untuk menumbuhkan optimisme. Tugas kami menjaga supaya perlambatan tidak berlangsung terus dan berupaya optimis. Kalau semua pesimis, jadi terbawa makin terperosok," kata Yati dalam acara Infobank Outlook Midyear 2015, Gairah Baru Bisnis Otomotif dan Properti Nasional, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (6/8/2015).

Menurutnya, dinamika ekonomi global dan domestik yang terjadi saat ini berdampak besar terhadap industri properti dan otomotif.
 
"Kalau melihat tadi, apakah kita masih punya harapan? Kalau kita menghadapi perkembangan ekonomi masih belum kondusif, timbul pertanyaan masih adakah optimisme, tentu masih ada dan potensinya sangat besar," ujarnya.

Meski ekonomi sedang melambat, BI oprimis kondisi tersebut akan berangsur-angsur membaik sedangkan ekonomi akan meningkat dalam jangka menengah karena didukung oleh reformasi struktural.

"Kami berharap peluang-peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengembang sebagai pemasok dan masyarakat sebagai pembeli, dengan demikian pelonggaran uang muka kredit dapat berhasil dimanfaatkan," pungkasnya.

(drk/feb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads