Bisnis Properti Lesu Gara-gara Bunga KPR Tinggi

Bisnis Properti Lesu Gara-gara Bunga KPR Tinggi

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Kamis, 06 Agu 2015 17:59 WIB
Bisnis Properti Lesu Gara-gara Bunga KPR Tinggi
Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya penurunan pertumbuhan kredit perumahan dari 23,59% pada kuartal I-2014 menjadi 12,3% pada kuartal I-2015.

Pasar properti dipengaruhi berbagai faktor yang cenderung tidak memberikan sentimen positif. Sekretaris Jenderal Real Estate Indonesia (REI) Hari Raharta Sudrajat mengatakan, pasar properti sangat berkaitan dengan kebijakan pemerintah.

Namun, masih ada kebijakan yang dianggap memberatkan pengembang dan masyarakat sebagai konsumen, di antaranya suku bunga acuan atau BI rate yang masih tinggi yaitu 7,5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menyebabkan suku bunga kredit pemilikan rumah dan apartemen berpotensi di kisaran dua digit, ini membebani masyarakat berpenghasilan rendah yang ingin memiliki rumah," kata dia dalam Infobank Outlook Midyear 2015, Gairah Baru Bisnis Otomotif dan Properti Nasional, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (6/8/2015).

Di sisi lain, kata Hari, pelemahan kondisi makro ekonomi nasional yang ditunjukkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2015 sebesar 4,67%. Angka tersebut lebih rendah 0,45% dibanding periode yang sama tahun 2014 sebesar 5,12%.

Faktor lain soal kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus terdepresiasi sehingga memicu lonjakan harga bahan bangunan yang berdampak pada naiknya harga properti yang dijual pengembang.

"Kondisi ini memicu penurunan transaksi properti karena masyarakat lebih memilih mementingkan pemenuhan kebutuhan primer lainnya," terang dia.

Hari menyebutkan, pelemahan bisnis properti secara nasional dapat terbaca dari berbagai hasil riset serta informasi publik.

Dia mencontohkan, Cushman and Wakefield menyebutkan penjualan apartemen strata title yang berlokasi di Jabodetabek sepanjang kuartal I-2015 hanya mencapai 64,4%.

Laba PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada semester I-2015 merosot 5,69% menjadi Rp 2,193 triliun dari sebelumnya Rp 2,762 triliun pada semester I-2014.

Ke depan, kata Hari, melalui kebijakan BI terkait pelonggaran aturan rasio pinjaman terhadap aset atau Loan To Value (LTV) atas KPR, diharapkan bisa menggairahkan industri properti.

"Kebijakan ini diyakini mampu menggairahkan industri properti di tengah perlambatan pertumbuhan yang telah berlangsung sejak dua tahun terakhir," tandasnya.

(drk/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads