Acara ini merupakan program Bank Indonesia Mengajar dalam rangka HUT ke-62 BI dan HUT ke-70 Republik Indonesia (RI).
Dalam sesi diskusi, para pelajar pun rebutan untuk bertanya. Meski masih kecil, tapi anak-anak SMP ini sudah bertanya soal upaya BI mengatasi pelemahan rupiah sampai langkah konkret BI mengatasi dolar AS yang sudah tembus Rp 14.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah hanya dengan meningkatkan eskpor lalu Rupiah menguat?" Tanya Radinka.
"Radinka, bagus sekali pertanyaanmu. Indonesia tidak hanya harus meningkatkan ekspor tetapi juga mengurangi impor yang tidak perlu. Contoh kecil yaitu kita harus menabung. Tidak semua uang jajan dihabiskan. Jadi kalau kita butuh sewaktu-waktu bisa jadi dana darurat kan. Nah, sama dengan negara ini. Harus bisa nabung, harus bisa berinvestasi. Harus bisa nambah tabungan dengan meningkatkan produksi dalam negeri. Bikin baju sendiri, sepatu sendiri dan dipakai masyarakat sendiri," jawab Agus.
Agus meminta penduduk Indonesia harus jadi manusia berdaya saing tinggi. Harus bisa menyaingi Singapura, Malaysia dan negara lain supaya bisa jual barang produksi kita ke luar negeri.
Pelajar lain bernama Ando bertanya, "bagaimana cara Bank Indonesia mengatasi kondisi krismon tahun 1997 lalu?"
"Ando, kalau ditanya krisis 1997, Ando lahir tahun berapa? Lahir 2003 ya? Untung belum lahir. Karena sangat menyakitkan krisisnya. Tidak hanya krisis ekonomi, tetapi sosial sampai pemerintahan jatuh. Itu jadi pengalaman berharga.
Lalu apa peran Bank Indonesia? Peran BI, kata Agus, tidak hanya di Indonesia saja. Bank Indonesia bekerjasama dengan bank internasional seperti IMF, Asian Development Bank untuk menjaga moneter dunia.
"Pada 1997 itu pertunbuhan ekonomi kita minus 17%, sekarang masih kita tumbuh 5,7%," jelas Agus.
Agus menjelaskan, inflasi naik 65% pada 1997, bank-bank umum hampir semuanya bangkrut. Perbankan perlu diselamatkan untuk ditambah modalnya.
"Uang juga lari ke luar negeri. Ini semua sudah distabilkan dan ekonomi Indonesia sudah kembali stabil dan terlihat dari pertumbuhan ekonomi baik, stabilitas nilai tukar baik, income per kapita naik," jelasnya.
(ang/ang)











































