Mayoritas rupiah palsu berbentuk pecahan Rp 100.000.
"Jumlah temuan uang palsu tahun lalu sebanyak 121ribu lembar, sedangkan tahun ini naik mencapai 273.000 lembar. Ini disebabkan karena pelaporan masyarakat semakin baik," Kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi dalam konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Senin (23/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Jawa Timur temuan uang palsu periode Januari-Oktober 2015 mencapai 148.904 lembar.
"Jatim tinggi karena kasus yang baru-baru ini terungkap di Jember dengan pelaku sudah divonis 14 tahun dan 8 tahun," Tambahnya.
Dibanding negara maju lainnya, temuan uang palsu di RI masih tergolong rendah. Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat pertama untuk temuan uang palsu.
"Di AS, rasio uang palsu di atas 250 lembar per satu juta lembar uang yang diedarkan. Sedangkan di Indonesia, rasio uang palsu sampai dengan Oktober 2015 sebesar 18 lembar per 1 juta lembar uang yang diedarkan," Jelasnya.
Meski demikian, peredaran uang palsu di Indonesia lebih tinggi dibanding Malaysia. Di Malaysia, rasio uang palsu sebesar 13 lembar untuk setiap 1 juta lembar uang yang diedarkan. Melihat meningkatnya peredaran rupiah palsu, Suhaedi kembali memperkenalkan teknik sederhana mengenali rupiah palsu, yakni 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Teknik 3D dinilai masih ampuh mengenali uang palsu.
"Dengan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) sebetulnya cukup mendeteksi uang palsu. Kalau masih ragu, bisa gunakan alat sederhana seperti UV yang biasa digunakan di kasir," imbuh Suhaedi.
(feb/feb)











































