BI menghimbau masyarakat agar menggunakan pembayaran non tunai untuk menangkal dan mempersempit peredaran uang palsu.
"Masih bisa jadi solusi mencegah jadi korban uang palsu," Kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI,Β Suhaedi dalam konferensi pers di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (23/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, masyarakat Indonesia dinilai masih lebih nyaman menggunakan uang tunai daripada non tunai untuk bertransaksi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi BI untuk mengencarkan penggunaan transaksi non tunai.
"Transaksi non tunai meski masih kecil proporsinya, Harus diakui memang masih ada segmen masyarakat dan transaksi yang masih membutuhkan tunai. Misalnya kita kalau mau kondangan atau angpau Lebaran tetap pakai uang tunai. Ini juga menyangkut level financial inclusion masyarakat negara tersebut," kata Suhaedi.
Untuk itu, Suhaedi kembali memperkenalkan teknik sederhana mengenali mata uang
palsu yakni 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). Teknik 3D dinilai masih ampuh mengenali uang palsu.
"Dengan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) sebetulnya cukup mendeteksi uang palsu. Kalau masih ragu, bisa gunakan alat sederhana seperti UV yang biasa digunakan di kasir," imbuh Suhaedi.
(feb/feb)











































