Dari survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hanya 28% pelajar di Indonesia yang paham dan terlibat dalam produk jasa keuangan.
Demikianlah disampaikanβ Anggota Dewan Komisioner OJK Kusumaningtuti S Soetiono, saat peluncuran buku mengenal jasa keuangan tingkat sekolah dasar di SD Negeri 01 Menteng, Jakarta, Jumat (27/11/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, OJK bekerjasama dengan Kementerian Lembaga serta instansi lainnya untuk mendorong pemahaman jasa keuangan, terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Strategi inklusi keuangan telah diresmikan oleh Presiden SBY pada 2013, dan itu kita langsung kerjasama dengan KL (Kementerian/Lembaga) dan pihak terkait terutama kemendikbud untuk program edukasi keuangan," jelasnya.
"Pada 2014 tahun lalu sudah diluncurkan untuk siswa SMA, sekarang evaluasinya. Februari tahun ini diluncurkan edukasi kurikulumnya, sekarang sudah diuji cobakan di 21 SMP. Bulan Februari 2016 semoga bisa diselesaikan bisa proses evaluasinya," kata wanita yang akrab disapa Tituk ini.
Ia menambahkan, dari informasi yang diterima, ternyata materi tersebut cukup digemari para siswa, sebab langsung berkaitan dengan keseharian.β Misalnya dalam penggunaan uang, menabung hingga mendapatkan asuransi.
"Materi edukasi keuangan menjadi salah satu yang digemari oleh siswa karna langsung berhubungan dengan kebutuhan hidup, untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera. Jadi selain buku yang disusun, juga ada alat peraga agar mereka mengerti antara keseimbangan teori dan praktek," terangnya.
OJK juga turut memberikan edukasi kepada para guru dengan mekanisme TOT (Training of Trainers) kepada 68 guru dari 33 provinsi. Agar nantinya upaya mengedukasi para siswa dan siswi lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhannya.
"Karena guru ini menyampaikan anak didiknya. Setelah peluncuran nanti maka buku dan alat peraga ini bisa segera untuk diuji cobakan," tukasnya.
(mkl/hen)











































