BNI Minta Pinjaman Lagi ke China

BNI Minta Pinjaman Lagi ke China

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 12 Jan 2016 17:50 WIB
Foto: RUPSLB BNI (Muhammad Idris - detikFinance)
Jakarta - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menyatakan pinjaman kredit dari China Development Bank (CBD), sebesar US$ 1 miliar dinilai masih belum mencukupi untuk memenuhi permintaan pembiayaan di sektor infrastruktur, tambang, hingga pembiayaan kembali (refinancing) utang. Alhasil, BNI berniat mengajukan pinjaman lagi ke CDB.

Hal tersebut diungkapkan Direktur BNI, Herry Sidharta dalam jumpa pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantor pusat BNI, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (12/1/2016).

"Penyerapan dana dari CDB sebesar US$ 1 miliar terserap. Dana tadi dipakai buat bayar jatuh tempo dan itu masih kurang banyak. Untuk ekspansi kita malah akan funding lagi, jadi jangan khawatir dana dari CDB nggak terserap, malah kita minta lagi, karena potensinya masih besar sekali," jelas Herry.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harry mengungkapkan, pendanaan sektor infrastruktur sulit dipenuhi jika hanya mengandalkan dana yang dihimpun bank-bank BUMN. BNI sendiri, menurutnya, menargetkan bisa menyalurkan kredit sektor infrastruktur di kisaran Rp 20 triliun hingga Rp 25 triliun.

"Melihat program pemerintah di bidang infrastruktur, khususnya energi itu sudah cukup banyak, belum pelabuhan, belum jalan tol. Kita perkirakan 2016 kredit infrastruktur bisa Rp 20 triliun sampai Rp 25 triliun," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni mengungkapkan, pinjaman dari CDB tersebut disalurkan pada sejumlah proyek infrastruktur dan hilirisasi tambang. BNI juga mengalokasikan utang dari China itu untuk membayar utang yang telah jatuh tempo.

"Utang dari CDB kita sudah salurkan. Tujuan utama kita pinjam dari CDB kan untuk membiayai infrastruktur dan hilirisasi (tambang), dan penyaluran sudah dilakukan secara bertahap," katanya.

"Kemudian ada beberapa pinjaman bilateral kita yang sudah jatuh tempo. Dana tersebut dipakai untuk lunasi pinjaman bilateral kita tadi. Dana tersebut (utang CDB) sangat terbatas menurut kami, jadi langsung terpakai, apalagi dengan banyak proyek infrastruktur yang kita danai," imbuh Baiquni.

Sebagai informasi, 3 bank BUMN yakni Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan BNI memperoleh utang senilai US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 42 triliun dari CDB.

Masing-masing bank BUMN ini menerima utang US$ 1 miliar dengan jangka waktu atau tenor 10 tahun. Sebanyak 30% dari dana pinjaman tersebut diterima dalam mata uang yuan atau Renminbi (RMB) dan sisanya dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS).

(feb/feb)

Hide Ads