Dana Asing Masuk RI, Bos CIMB Niaga: Sentimen Positif Sudah Mulai Terasa

Dana Asing Masuk RI, Bos CIMB Niaga: Sentimen Positif Sudah Mulai Terasa

Maikel Jefriando - detikFinance
Kamis, 04 Feb 2016 12:55 WIB
Dana Asing Masuk RI, Bos CIMB Niaga: Sentimen Positif Sudah Mulai Terasa
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Perekonomian Indonesia pada mengalami banyak tantangan selama 2015. Sehingga membuat asumsi makro ekonomi yang dipatok di awal tahun, meleset dari target. Tahun ini, optimisme kembali muncul untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 5%

CEO CIMB Niaga Tigor M Siahaan menjelaskan, di awal tahun banyak sentimen positif datang dari investor. Dana asing masuk Rp 20 triliun, nilai tukar rupiah cenderung menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membaik.

"Sentimen positif sudah mulai terasa di 2016, terlihat ada dana masuk Rp 20 triliun, masuk ke pasar obligasi," ujarnya dalam acara CIMB Economic Forum, di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Kamis (4/2/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalangan investor melihat ada perubahan yang cukup signifikan, seperti melalui paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah, pembangunan infrastruktur dasar dan berbagai kebijakan yang direncanakan ke depannya.

"Kebijakan yang akan dikeluarkan nantinya adalah tax amnesty, dan diharapkan ini mampu memberikan dorongan terhadap perekonomian Indonesia," terangnya.

Tigor menambahkan berbagai tantangan yang akan dihadapi, cukup besar datang dari sisi eksternal. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih akan berlangsung secara bertahap dan akan memberikan pengaruh terhadap global.

Kemudian adalah sisi perekonomian China yang masih dalam perlambatan. Realisasi pada 2015, ekonomi China hanya tumbuh 6,9%. Sementara Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sangat bergantung terhadap perekonomian China yang tinggi.

"Kita sudah terbiasa dengan ekonomi China double digit," tegasnya.

Investor sangat memperhatikan China. Cadangan devisa China sebesar US$ 3,3 triliun, tergerus sekitar US$ 800 juta dalam setahun terakhir.

"Market watching apa yang terjadi di China akan berakhir dengan soft landing atau hard landing," ungkap Tigor.

Tantangan lainnya adalah dari sisi harga minyak dunia yang sejalan berpengaruh juga terhadap harga komoditas lainnya. Sekarang harga minyak sudah jatuh di bawah US$ 30 per barel dan masih berpeluang untuk terus turun.

"Ini dampaknya akan terasa ke Indonesia," pungkasnya. (mkl/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads