Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, BI akan terus mengamati perkembangan ekonomi makro dalam negeri.
"Terkait pelonggaran moneter lebih jauh, kami akan mengamati perkembangan. Januari neraca perdagangan surplus. Tapi harga komoditas yang turun dan berdampak kepada ekspor ini perlu kita waspadai. Dampak harga minyak yang rendah akan mempengaruhi penerimaan negara dan lain-lain. Kami akan bisa menyampaikan lebih jauh," kata Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah BI menurunkan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini adalah karena prediksi inflasi yang akan rendah di tahun ini. BI memprediksi tingkat inflasi tahun ini berada di kisaran 4% plus-minus 1%. Februari ini bahkan diprediksi ada deflasi.
"Penurunan BI Rate tidak ada risiko ke inflasi. Inflasi ini trennya terus menurun. Dengan melihat dua pekan (Februari) ini ada kemungkinan deflasi," kata Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, di tempat yang sama.
Perry mengatakan, stabilitas ekonomi Indonesia akan terus terjaga sepanjang 2016 ini, dengan prediksi pertumbuhan ekonomi 5,2-5,6%. BI akan menjaga inflasi tetap berada di kisaran 4% plus-minus 1%.
Selain itu, laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dalam tren menguat sepanjang awal tahun ini, karena banyaknya arus dana asing yang masuk ke dalam negeri. (wdl/mkl)











































