"Januari sudah turun tapi masih kurang, rata-rata itu cuma turun 6 basis poin, lebih kecil dibandingkan penurunan BI rate," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro di Hotel Trans Studio Bandung, Sabtu (20/2/2016).
BI memperkirakan dari kebijakan penurunan suku bunga akan mendorong perbankan untuk tidak mematok tinggi bunga deposito. Sehingga bisa sekaligus berdampak terhadap bunga kredit yang lebih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata permasalahan perbankan ada pada likuiditas. Pada kuartal IV 2015 tampak ada tekanan likuiditas dikarenakan dorongan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang ternyata lebih kecil dari pertumbuhan kredit.
"Masalahnya ada pada likuiditas, ternyata uang yang disalurkan untuk kredit itu terbatas. Sehingga memang belum banyak perubahan," jelas Solikin.
Maka dari itu, pada Februari 2016, selain penurunan suku bunga acuan 25 basis poin, Giro Wajib Minimum (GWM) Primer juga ikut diturunkan sebesar 1% menjadi 6,5% dan berlaku pada 16 Maret 2016.
Diperkirakan likuiditas perbankan dalam rupiah akan bertambah sebesar Rp 34,4 triliun. Dengan perputaran uang yang bisa mencapai 4,8% atau rata-rata selama 5 tahun dan berpotensi meningkatkan kapasitas pembiayaan sekitar Rp 165 triliun.
"Kita turunkan GWM, supaya likuiditas bertambah," sebut Solikin. (mkl/hns)











































