Ini Alasan Bunga SUN Tak Bisa di Bawah Deposito

Ini Alasan Bunga SUN Tak Bisa di Bawah Deposito

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 07 Mar 2016 15:02 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - Pemerintah bersama dengan pihak-pihak terkait, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tengah mengupayakan agar suku bunga deposito perbankan bisa turun.

Penurunan bunga deposito bank dilakukan untuk memberi ruang bagi perbankan bisa menurunkan suku bunga kredit.

Namun, dunia perbankan sulit menurunkan bunga simpanan deposito karena harus bersaing dengan Surat Utang Negara (SUN) seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk, yang rata-rata mematok imbal hasil (yiled) lebih tinggi ketimbang bunga deposito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Robert Pakpahan mengungkapkan, yield SUN baik konvensional maupun syariah, sulit dipatok di bawah atau paling tidak setara dengan bunga simpanan deposito. Alasannya, tingkat likuiditas deposito lebih tinggi ketimbang SUN.

"Yield kan ditentukan banyak hal, salah satunya likuiditas di pasar uang. Kalau uang disimpan di bank kan anytime (kapan saja) bisa diambil, nggak perlu ke pasar sekunder. Sementara ORI kalau kan harus di pasar sekunder, risikonya juga ada," jelas Robert ditemui di kantornya, Kompleks Kemenkeu, Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (7/2/2016).

Selain itu, menurut Robert, pengenaan yiled yang lebih tinggi dari bunga deposito dilakukan untuk memberi stimulus masyarakat agar bisa membiasakan menanam uangnya di SUN.

"Deposito kan 7-8%. Kita lagi mengajarkan pada masyarakat bagaimana agar membiasakan diri beli surat berharga. Sementara deposito sudah biasa, uangnya tiap hari juga bisa diambil di bank. Kalau surat utang ada tenornya misal 3 tahun, bunganya sekali dalam sebulan, kalau mau dicairkan juga harus di pasar sekunder," jelasnya.

Berbeda dengan simpanan deposito, ujar Robert, penentuan yield surat utang yang dikeluarkan pemerintah juga sangat dipengaruhi tingkat inflasi, kurs, likuiditas di pasar uang, dan kondisi keuangan global.

"Yield ditentukan banyak hal daripada deposito. Bisa dipengaruhi dari perspektif inflasi, likuiditas pasar keuangan, kurs karena ada pembeli asingnya, itu ditentukan banyak hal," pungkasnya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads