Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara melihat, penguatan rupiah tersebut tak terlepas dari perbaikan ekonomi Indonesia.
Perbaikan tersebut ditopang dari berbagai kebijakan pemerintah dan otoritas di sektor keuangan. Pemerintah telah melakukan berbagai deregulasi untuk mendorong pengembangan sektor riil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan tersebut tentu memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan Indonesia.
"Penting sekali untuk kita menunjukkan komitmen kita untuk menjaga APBN yang sehat, defisit APBN yang terkendali. Penting untuk kita menjaga kondisi moneter yang pruden. Jadi, artinya kita harus jaga inflasi yang rendah," jelas Mirza saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (11/3/2016).
Selain itu, Indonesia juga telah mendapatkan peringkat layak investasi (investment grade) dari berbagai lembaga peringkat internasional. Ini juga menjadi sentimen positif di pasar keuangan Indonesia.
"Pada intinya asalkan kita pegang perbaikan terus kondisi fundamental Indonesia. Ini penting sekali. Dari 3 kredit rating hanya 1 yang belum menaikkan di level investment grade. Yaitu S&P kemungkinan datang di Indonesia akhir April atau awal Mei," jelas Mirza.
Bagi BI, kata Mirza, pasti terus memperhatikan mengenai situasi pasar keuangan. Pada waktu Indonesia mengalami capital outflows sehingga BI harus melakukan stabilisasi dengan menjual cadangan devisa, pada saat itu, yang terjadi adalah kontraksi dari money supply, dari uang beredar.
"Karena pada waktu Bank Indonesia menjual dolar, itu menyerap rupiah. Nah sekarang kita ada capital inflows masuk, itu sebenarnya menambah jumlah uang beredar. Jadi menurut kami situasi saat ini cukup baik," tegas dia.
Apakah posisi rupiah saat ini sudah dalam level yang nyaman? Mirza hanya menjawab dengan senyuman tanpa menjawab ya atau tidak. (drk/drk)











































