Hal itu disampaikan Ricky Satria, Deputi Direktur Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif BI di sela acara diskusi potensi dan peluang e-commerce dan upaya peningkatan pemasaran produk UKM dan koperasi dalam menghadapi MEA di Hotel Sahid, Surabaya, Selasa (29/3/2016).
"Saat ini masih kita susun banyak hal. Mulai dari standarisasi sistem pembayaran, perlindungan konsumen dan aspek-aspek lainnya yang sedang kami pertimbangkan," kata Ricky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diharapkan transaksi keuangan digital skala kecil bisa dilakukan secara realtime," tuturnya.
Ia menambahkan, saat ini ada beberapa kendala yang dihadapi seperti belum terbiasa masyarakat Indonesia menggunakan transaksi digital. Masyarakat lebih menyukai transaksi dengan uang tunai.
"Hambatan lainnya seperti infrastruktur teknologi di Indonesia masih perlu banyak diperbaiki. Juga membutuhkan banyak waktu untuk koordinasi lintas institusi," terangnya.
Ricky mengatakan, Bank Indonesia terus melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi kebiasaan menggunakan uang tunai. Selain itu, mengedukasi masyarakat bahwa ongkos produksi pencetakan dan pemeliharaan uang tunai sangat besar.
"Faktor kepraktisan juga bisa menjadi titik penting untuk mengubah kehidupan masyarakat Indonesia ke depan. Jika ini (LKD) ini selesai, maka banyak sektor ekonomi, khususnya UMKM diharapkan tumbuh lebih baik lagi," tandasnya. (roi/hns)











































