Target omzet ini dikejar dengan mencari pesanan cetak uang hingga dokumen keamanan lainnya di pasar global.
Direktur Utama Peruri, Prasetio menuturkan, pihaknya menargetkan kontribusi pendapatan dari pasar luar negeri meningkat jadi 10%, dari sebelumnya hanya 1% dari total pendapatan usaha tahun 2015 sebesar Rp 3 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau hanya di dalam negeri kan captive market hanya Bank Indonesia (BI), imigrasi dan lainnya. Sementara mereka dibatasi anggaran, untuk meningkatkan revenue hanya ada dua cara, yaitu ke luar negeri dan kembangkan digital market. Kebetulan beberapa negara belum memiliki security printing, tahun ini 10%," jelasnya ditemui di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (6/4/2016).
Tahun ini, perusahaan pelat merah itu tengah proses mengikuti tender pencetakan uang, perangko, pita cukai, hingga paspor di sejumlah negara seperti Filipina, Nepal, Bhutan, Sri Lanka, Thailand, sampai Palestina.
Prasetio menuturkan, tahun lalu, Peruri memenangkan tender pencetakan perangko di Filipina sebanyak 32,8 juta keping dengan nilai kontrak sebesar 5,66 juta Peso.
Selain itu, BUMN yang memiliki pabrik utama di Karawang ini juga baru saja memenangkan tender pencetakan uang kertas Nepal pecahan 50 Rupee yang diterbitkan oleh Nepal Rastra Bank (NRB), dengan jumlah uang kertas yang dicetak sebanyak 250 juta bilyet.
"Kita juga tak mau fokus di cetak uang yang jadi basis pertumbuhan luar negeri. Seperti di Nepal dan Sri Lanka selama ini percayakan uangnya kita yang cetak, kita juga tawarkan pembuatan paspor, pita cukai dan lainnya, kebetulan mereka sudah trust dengan kita," pungkasnya. (ang/ang)