OJK Berharap Suku Bunga Kredit RI Bisa Setara Thailand

OJK Berharap Suku Bunga Kredit RI Bisa Setara Thailand

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Kamis, 28 Apr 2016 18:07 WIB
OJK Berharap Suku Bunga Kredit RI Bisa Setara Thailand
Foto: rengga sancaya
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang kebijakan yang diharapkan dapat menurunkan besaran suku bunga kredit menjadi single digit. Regulasi yang akan diterbitkan akan menurunkan perhitungan alokasi modal inti bagi bank yang dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.

Seperti diketahui bahwa tingkat suku bunga kredit Indonesia belum menyentuh angka single digit seperti yang diharaokan berbagai pihak. OJK berharap penurunan suku bunga kredit dapat menyentuh hingga 7% seperti di Thailand.

"Sasarannya kita adalah ke arah single digit kan, sekitar 9%. Syukur-syukur kita bisa ke arahnya Thailand, Thailand berada di 7%," terang Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK, Mulya Siregar di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

OJK berharap banyak kepada bank-bank besar untuk memanfaatkan insentif ini nantinya. Karena dengan memanfaatkan insentif tersebut, bank-bank lainnya juga diharapkan dapat mengikuti tren penurunan suku bunga.

"Yang penting adalah sebetulnya bank-bank buku 4 buku 3 ini. Kalau mereka beli ini, maka dianya bisa berpengaruh menurunkan suku bunga. Karena dia kan market leader," ujar Mulya.

Pihaknya juga menyambut baik atas perubahan suku bunga acuan BI rate menjadi BI 7 days repo rate. Perubahan tersebut dianggap mampu mempengaruhi perubahan suku bunga kredit yang ada di pasar.

"Kalau lihat apa yang dilakukan teman-teman BI kami melihatnya adalah sesuatu hal yang baik. Karena kan 7 days reverse repo itu sebetulnya ratenya itu kan menggunakan 7 days rate. Padahal dulu acuannya menggunakan 1 tahun, lebih panjang," pungkas Mulya.

7 Days Repo Rate Bisa Turunkan Suku Bunga Kredit

Beberapa waktu lalu Bank Indonesia merilis kebijakan suku bunga acuan terbarunya yang disebut 7 Days Repo Rate. Kebijakan tersebut dinilai ampuh untuk mempengaruhi penurunan suku bunga kredit di pasar.

"Tetapi dengan sekarang dia pakai BI ratenya 7 days repo itu kan lebih mendekati situasi pasar. Karena transaksi banyak terjadi di jangka pendek," terang Mulya.

BI rate belum mampu memberikan efek jangka panjang dalam penurunan suku bunga kredit di pasar. Hal ini karena pada umumnya transaksi yang ada di pasar terjadi dalam jangka waktu yang relatif singkat.

"Karena di pasar umumnya adalah short term yang seminggu dua minggu bahkan over night sedangkan dia (BI) pakai yang setahun, ya tidak detach dia," ujar Mulya.

Selain itu, simpanan deposito di perbankan juga mayoritas berlangsung dalam hitungan bulan, berbeda dengan acuan BI rate yang berlaku selama satu tahun.

"Kita lihat sekarang ini deposito itu banyaknya di satu bulan. Berarti kalau deposito di satu bulan, dibandingkan dengan BI rate satu tahun kan lebih jauh. Kemudian deposito satu bulan ini kan lebih deket dengan reverse rate repo yang satu minggu," papar Mulya.

OJK pun optimistis jika nanti akan terjadi penurunan suku bunga kredit namun masih butuh waktu penyesuaian. Sampai saat ini, OJK belum melakukan langkah apapun untuk mengubah besaran suku bunga kredit.

"Kita lihat nanti itu, pasti nanti ada equilibrium-nya di mana itu nanti baru kita berpikir. Kalau memang dia sudah sejalan ngapain lagi. Karena most deposito di perbankan kita itu terjadi di satu bulan, bukan di 6 bulan bukan di setahun," tutup Mulya. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads