Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI menjelaskan, untuk menentukan suku bunga turun atau tidak berdasarkan pada 2 faktor. Pertama, angka inflasi harus rendah. Tahun lalu, laju inflasi Indonesia tergolong rendah yaitu 3,35%.
Namun, inflasi yang rendah itu harus terus menerus, bukan hanya sesaat. Dia mencontohkan, negara tetangga Indonesia seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina, memiliki inflasi rendah yang yang sifatnya permanen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka inflasi yang rendah harus tetap rendah. Jangan hanya rendah sesaat, karena kalau kita ingin punya suku bunga rendah seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, di sana inflasinya rendah secara permanen, bukan hanya sesaat," kata Mirza usai usai usai meluncurkan program Bina Desa Bangun Indonesia di Situ Cilangkap, Depok, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2016).
Kedua, situasi eksternal harus mendukung, termasuk adalah suku bunga di Amerika Serikat (AS). Menurut Mirza, suku bunga di AS sekarang sudah lebih kondusif sehingga BI bisa memulai pelonggaran moneter.
"Itulah kenapa BI mulai dari November-Maret melakukan pelonggaran moneter," kata Mirza
Dia menambahkan, sekarang suku bunga deposito bisa turun, suku bunga LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) juga bisa turun.
"Karena LPS itu sebenarnya mengikuti suku bunga deposito. Kalau suku bunga deposito bisa turun lebih cepat, suku bunga LPS juga bisa turun lebih cepat. Kemudian suku bunga kredit mulai turun," tutur Mirza. (hns/rvk)











































