Ini Alasan Masyarakat RI Masih Pinjam Uang ke Rentenir

Ini Alasan Masyarakat RI Masih Pinjam Uang ke Rentenir

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Senin, 06 Jun 2016 16:55 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Masih banyak masyarakat di berbagai daerah di Indonesia kesulitan mendapatkan akses keuangan yang aman. Hal ini ditunjukan dengan masih banyaknya masyarakat yang bergantung kepada rentenir alias orang yang meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi.

Rentenir atau yang kerap disebut lintah darat juga masih menjadi pilihan masyarakat lantaran proses peminjaman yang mudah dan tidak memerlukan banyak syarat. Bahkan beberapa rentenir mampu memberikan sejumlah pinjaman tanpa jaminan apapun.

"Rentenir bisa menyediakan tepat pada waktunya. Misalnya mau belanja karena dapat informasi pesanan catering pagi cari kemana-mana susah, sekarang dari rentenir langsung," ujar Deputi Komisioner Pengawas IKNB 1 OJK, Edy Setiadi saat Media Briefing di Menara Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (6/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya membutuhkan waktu dan proses yang lama. Lembaga keuangan yang sudah berpengalaman perlu mendapatkan informasi mengenai data pribadi kreditur secara lengkap, juga komitmen pembayaran dari uang yang akan dipinjamkan oleh bank.

"Bank sudah jelas sangat highly regulated. Dia juga ada aturan yang mengikat," tambah Edy.

Mengantisipasi tingginya pertumbuhan rentenir di Indonesia, saat ini OJK tengah mengkaji beberapa hal untuk membentuk lembaga keuangan yang mudah dijangkau masyarakat. OJK berencana menggandeng Pegadaian untuk membentuk Pegadaian Perorangan agar mempermudah akses keuangan masyarakat.

Nantinya pegadaian perorangan dapat menaksir besaran jaminan yang digadaikan oleh masyarakat dan memberikan sejumlah uang yang sesuai. Tentu membutuhkan transparansi dari banyak pihak untuk merealisasikan program ini.

"Makanya tadi pegadaian yang sudah diskusi apakah mungkin perorangan saat ini yang diakomodasi oleh kita, yang diharapkan adalah transparansi. Berapa barang yang digadaikan, berapa ditafsirkan, itu solusi yang harus diaplikasikan," kata Edy. (ang/ang)

Hide Ads