Bisnis Perusahaan Antariksa Beromzet Rp 37 Triliun

Laporan dari Kourou

Bisnis Perusahaan Antariksa Beromzet Rp 37 Triliun

Wahyu Daniel - detikFinance
Selasa, 21 Jun 2016 07:54 WIB
Bisnis Perusahaan Antariksa Beromzet Rp 37 Triliun
Foto: Peluncuran satelit BRIsat (foto: Ariane Space)
Korou - Kebutuhan telekomunikasi yang makin meningkat, sudah pasti membuat kebutuhan infrastrukturnya naik, salah satunya lewat satelit. Peningkatan kebutuhan internet dan juga hiburan di dunia yang membutuhkan sarana satelit, membuat bisnis antariksa bergairah.

Ini dialami oleh Arianespace, perusahaan jasa antariksa yang berasal dari Prancis. Perusahaan ini menyediakan jasa peluncuran satelit dengan roket, dan memiliki lokasi peluncuran di Guiana Space Center, Kourou, French Guiana, Amerika Selatan.

CEO sekaligus Chairman Arianespace, Stephane Israel, mengatakan bisnis antariksa seperti yang dilakukan Arianespace masih prospektif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih banyak peluang karena kebutuhan satelit untuk konektivitas makin banyak. Belum lagi besarnya kebutuhan untuk internet," ujar Israel, ditemui di Hotel De Roches, Kourou, Minggu (18/6/2016).

Arianespace yang sudah beroperasi 35 tahun, telah meluncurkan 500 satelit dengan berbagai jenis roket, mulai dari Ariane, Soyus, dan Vega. Roket Ariane terkini adalah Ariane 5, yang baru saha mengangkut satelit milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

Ariane 5 telah sukses meluncur 72 kali, termasuk pengangkutan BRIsat. Ada juga angka kegagalan yaitu sekitar 13 kali.

Israel mengatakan, satelit adalah alat termurah untuk sarana koneksi di daerah seperti Indonesia. Karena infrastruktur seperti fiber optik membutuhkan biaya yang tinggi, untuk menjangkau tempat terpencil.

Tahun lalu omzet atau pendapatan perusahaan ini mencapai 2,5 miliar euro, atau sekitar Rp 37,5 triliun (1 euro = Rp 15.000).

Pendapatan ini cukup besar, karena Arianespace mendapatkan pemesanan besar dari perusahaan Amerika Serikat (AS) bernama OneWeb. Ada 21 roket jenis Soyuz yang akan diluncurkan untuk mengangkut satelit perusahaan AS ini. Kontraknya untuk 2018-2019.

"Untuk tahun ini normal, mungkin pendapatan kami 1 miliar euro atau kurang dari itu. Apalagi kondisi pasar sedang melemah di tahun ini," jelas Israel.

Pesaing Arianespace di dunia adalah perusahaan dari Rusia, AS, China, hingga Jepang. Israel mengatakan, pihaknya harus makin efisien dan meningkatkan layanan untuk bisa terus bersaing.

Untuk pasar peluncuran satelit komersial, Israel mengatakan, pangsa pasar Arianespace di dunia mencapai 50%.

Arianespace dimiliki oleh CNES yang merupakan badan antariksa Eropa, lalu perusahaan joint venture Airbus, serta gabungan dari industri roket Eropa.

Jadi, Arianespace merakit roket yang dipesannya dari perusahaan roket Eropa, merakitnya di Guiana Space Center, dan lalu meluncurkannya.

Pesaing kuat Arianespace, ujar Israel, adalah Proton asal Rusia yang menurutnya menawarkan harga lebih murah dari perusahaan sejenis lain di dunia. Kemudian Space X milik Ellan Musk asal AS, yang berencana membawa orang wisata ke Mars.

"Mereka pesaing kuat kami. Namun untuk Space X kami tidak terlalu bersaing, karena kami tidak menangkut orang ke luar angkasa," jelas Israel.

Bagaimana dengan roket China? Israel mengatakan, China bukanlah pesaing mereka di bisnis satelit komersial.

"Mereka (China) punya roket. Tapi ada aturan pemerintah AS, satelit AS mereka tidak boleh diluncurkan oleh roket China. Karena ini, China tidak banyak berada di pasar. Dan satelitnya juga tidak tahan lama. Tapi mereka punya ambisi tinggi untuk terbang ke bulan," papar Israel. (dnl/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads