"Kita mungkin harus pertimbangkan seperti juga negara-negara lain adalah perkembangan dari ekonomi dunia," ungkap Gubernur BI Agus Martowardojo di Gedung DPR, Jakarta, Senin (25/7/2016).
Ini terutama pasca referendum Inggris yang keluar dari Uni Eropa atau dikenal dengan nama Brexit. Dalam jangka pendek, efek dari persoalan tersebut sudah terkendali, namun masih ada risiko jangka panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya bagi Indonesia, Amerika Serikat (AS) sekalipun masih waspada. Niat Bank Sentral AS the Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuan, besar kemungkinkan ditunda hingga tahun depan.
"Amerika pun mengatakan sangat masih melihat ada dampak dari Brexit ini kepada ekonomi dunia dan juga kepada ekonomi Amerika," jelasnya.
Agus mengakui, ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka lebar. Terutama melihat data perekonomian Indonesia yang membaik, seperti terkendalinya inflasi dan defisit transaksi berjalan. Namun sekarang masih mencari waktu yang tepat.
"Kita melihat masih ada ruang pelonggaran tapi tentu kita masih ada waktu untuk melihat kapan waktu yang tepat untuk melakukan pelonggaran itu," tegas mantan Menteri Keuangan tersebut.
Terkait dengan pergantian BI rate menjadi BI 7 days reverse repo rate, Agus menilai, sekarang tengah dalam persiapan. BI tetap konsisten untuk merealisasikan pada Agustus mendatang.
"Kita harapkan dengan kita gunakan 7 day reverse repo rate itu transmisi kebijakan moneter kita akan semakin efektif untuk mempengaruhi kondisi interbank interest rate," tukasnya. (mkl/drk)











































