Ekonomi Negara Lain Melambat Terdampak Brexit, RI Tidak

Ekonomi Negara Lain Melambat Terdampak Brexit, RI Tidak

Muhammad Idris - detikFinance
Rabu, 27 Jul 2016 16:13 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - Kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian. Ketidakpastian yang berdampak pada perlambatan ekonomi dunia dipicu banyak hal dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), sampai isu terorisme. Namun hal tersebut tidak terjadi di Indonesia.

Demikian diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardjojo, dalam seminar Evaluasi Paket Kebijakan Ekonomi INDEF di Kampus STEKPI, Kalibata, Jakarta, Rabu (27/7/2017).

"Kita lihat sendiri bahwa di dunia ini sekarang banyak kekhawatiran. Itu akibat dari kondisi pertentangan politik di beberapa negara, risiko terorisme, pengungsi, dan lainnya," jelas Agus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Juga ketidakpastian dari Brexit yang jangka pendek sudah mereda, namun masih diliputi ketidakpastian dalam jangka menengah, panjang. Karena harus ada renegosiasi ulang Inggris dan negara Uni Eropa," tambahnya.

Agus melanjutkan, perlambatan ekonomi di banyak negara tersebut seperti tak berpengaruh banyak pada perekonomian Indonesia.

"Di Indonesia masih stabil, bahkan menunjukkan perbaikan. Ekonomi kita terjaga dan sekarang kita melihat perbaikan struktural yang dilakukan pemerintah. Tak hanya memperbaiki sektor riil, tapi juga fiskal dan moneter," ujarnya.

Mantan Menteri Keuangan ini menuturkan, masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang masih terjaga dengan baik dari target.

"Di tengah situasi global yang tidak menentu, kita harus bersyukur kita tak hanya stabil saja, bahkan menunjukkan arah perbaikan. Sampai semester kedua 2016 kira-kira ada di kisaran pertumbuhan 5-5,4%, lebih tinggi dari 2015 yang ada di 4,8%," terang Agus.

Di luar itu, selain sektor konsumsi rumah tangga yang diprediksi mulai menanjak, nilai ekspor juga mengalami perbaikan pasca membaiknya harga komoditas utama.

"Konsumsi rumah tangga naik didukung terjaganya daya beli dan meningkatnya pendapatan, serta didukung inflasi yang terkendali. Kemudian ada perbaikan ekspor dengan membaiknya harga komoditas. Harga palm oil contohnya mengalami kenaikan di triwulan kedua sebesar 18% dibandingkan YoY tahun lalu," ucap dia.

Catatan sentimen positif lainnya, sambung Agus, bisa dilihat pada arus dana asing yang masuk. Sampai 25 Juli 2016 lalu saja, sudah ada Rp 128 triliun dana asing yang masuk sebagai respons atas pemberlakuan tax amnesty.

"Kita sampai Juni saja masuk Rp 102 triliun, sekarang sampai 25 Juli dana masuk sudah sampai Rp 128 triliun. Coba bandingkan dengan tahun lalu, satu tahun saja Rp 55 triliun. Artinya itu jumlah yang sangat besar, nah ini masuk ke pasar modal, pasar keuangan seperti SBN (Surat Berharga Negara), juga pada instrumen BI," terang Agus. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads