Demikianlah diungkapkan Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo di sela-sela kegiatan seminar bersama antara BI dan Federal Reserve Bank of New York di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Senin (1/8/2016).
"Saya ingin tegaskan satu hal bahwa Indonesia sudah mengalami kondisi gonjang ganjing berkali-kali. Apapun ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate, Indonesia punya kerangka kebijakan yang clear dari pemerintah dan BI," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry menuturkan, BI mengutamakan sisi stabilitas sejak 2013. Ketika pasar keuangan mulai bergejolak pasca rencana normalisasi dari Amerika Serikat (AS), selanjutnya, BI mulai menyeimbangkan antara stabilitas dengan pertumbuhan ekonomi, seiring dengan kebutuhan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
"Dari sisi makro ekonomi, kita perlu dorong demand dan terus dorong supply. Itulah kenapa kebijakannya tak cukup hanya kemudian mendorong akomodatif monetery policy," ujarnya.
BI telah menurunkan suku bunga acuan beberapa kali, begitu juga dengan Giro Wajib Minimum (GWM) primer. Kemudian juga dilakukan pelonggaran Loan to Value untuk properti.
"Dari sisi sentral bank itulah, penurunan suku bunga, relaksasi makroprudens, dan menambah likuiditas. Itulah policy mix," terang
Perry. (mkl/feb)











































