Hingga akhir Juni 2016, jumlah aset BRI tumbuh 16,8% year on year (yoy) menjadi Rp 872,9 triliun. Kenaikan jumlah aset tersebut terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit di seluruh segmen bisnis.
Total penyaluran kredit mencapai Rp 590,7 triliun atau meningkat 17,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan rasio kredit bermasalah atau NPL terjaga di level 2,3% untuk NPL gross dan 0,6% untuk NPL nett.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan dari segi porsi penyaluran, jumlah kredit yang disalurkan ke segmen mikro mencapai 34,3%. Di sisi simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK), jumlah yang berhasil dihimpun mencapai Rp 656,1 trlliun atau meningkat sebanyak 14,5% yoy.
Sementara itu, Fee Base Income (FBI) BRI menunjukkan kenaikan hingga double digit. Perolehan FBI tumbuh 16,9% yoy atau Rp 4,1 triliun. Fee yang berasal dari transaksi e-banking meningkat hingga 24,9% yoy menjadi Rp 979 miliar.
"Kinerja positif dari kredit, slmpanan/DPK dan FBI tersebut kemudlan menghasilkan net profit sebesar Rp 12,047 triliun dengan earning per share (EPS) sebesar Rp 976,7 trillun," kata Direktur Utama BRI, Asmawi Syam, dalam paparan kinerja keuangan triwulan II-2016 di Gedung BRI, Jakarta Pusat, Senin (15/8/2016).
Untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, bank pelat merah itu terus mengoptimalkan seluruh ini blsnls yang dimilikinya. Dengan didukung oleh unit kerja konvensional sebanyak 10.628 unit dan jaringan e-channel sebanyak 212.583 unit, bank berkode BBRI itu optimistis target kinerja tahun inl dapat terpenuhi dan bahkan terlampaui. (ang/dnl)











































