Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan setidaknya ada 3 faktor utama yang membuat BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke bawah, di antaranya:
- Indikasi penyesuaian fiskal oleh pemerintah. Ini merupakan sesuatu yang diperlukan untuk memperbaiki atau mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi perekonomian global yang masih lemah
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang juga menurun. Pasca Brexit, ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi Eropa juga menurun, pertumbuhan ekonomi AS tidak sekuat perkiraan, dan pertumbuhan ekonomi China yang cenderung tidak akan tinggi
- Permintaan domestik khususnya untuk investasi swasta masih memerlukan waktu untuk pemulihan
Mengenai permintaan domestik untuk swasta, menurut Perry, saat ini memang masih dibutuhkan waktu untuk pemulihan ke kondisi semula. Meskipun ada tanda-tanda indikasi permintaan investasi swasta naik, sebagai dampak stimulasi fiskal dari yang dilakukan pemerintah, namun ternyata indikator ini tidak sekuat yang diperkirakan oleh BI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau dulu bisa kencang karena dari eksternalnya juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Nah sekarang eksternal nya juga menurun. Jadi ini memang kenapa pemulihannya tidak secepat yang kita perkirakan, karena sumber pertumbuhan uangnya juga kurang kencang," jelasnya.
"Secara industri kita melihat kenapa kredit bank belum bisa meningkat secara cepat, itu karena faktor permintaan, bukan karena faktor suplai. Tapi BI yakin tren pertumbuhan pulih akan tetap, bahwa Indonesia sudah melewati titik terendah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun yang lalu," pungkasnya. (wdl/wdl)