Suku Bunga Acuan BI 5,25%, Mungkinkah Turun Lagi?

Suku Bunga Acuan BI 5,25%, Mungkinkah Turun Lagi?

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Kamis, 25 Agu 2016 13:32 WIB
Suku Bunga Acuan BI 5,25%, Mungkinkah Turun Lagi?
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Bank Indonesia (BI) pada tanggal 19 Agustus 2016 lalu telah resmi mengubah suku bunga acuannya dari BI Rate 6,5% menjadi 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,25%. Perubahan suku bunga acuan ini dikarenakan situasi ekonomi makro dan Current Account Deficit (CAD) atau defisit neraca berjalan berada pada kisaran normal.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menyebutkan, masih ada kemungkinan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,25% dapat turun lagi. Namun, penurunan suku bunga acuan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

"BI mood-nya karena melihat angka makro terkendali, CAD terkendali, situasi terkendali. Kita menurunkan bunga sudah beberapa kali. Masih ada ruang pelonggaran kembali. Kalau datanya memungkinkan pelonggaran kembali tapi tentu tidak langsung," tutur Mirza di Gedung Thamrin Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertimbangan penurunan suku bunga acuan BI perlu menimbang dari berbagai aspek. Misalnya dari perekonomian China yang ikut berimbas akibat pelemahan ekonomi global. Meskipun sudah mulai stabil, ekonomi China diperkirakan tidak dapat tumbuh dobel digit atau di atas 10%

"China kita masih belum bisa pastikan, tapi tampaknya mulai stabil. Walaupun masih stabil di bawah, sepertinya China nggak turun lagi," kata Mirza.

Kabar bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya juga belum mendapatkan kepastian dari dewan gubernur. Namun, diperkirakan The Fed hanya menaikkan suku bunga acuan AS satu kali hingga penghujung 2016.

Berbagai aspek tersebut menjadi pertimbangan BI dalam menentukan suku bunga acuannya yang saat ini berada di angka 5,25%.

"The Fed ekonomi Amerika tampaknya The Fed naikin sekali atau nggak naik sama sekali. Tahun depan maksimal dua kali atau sekali. Kira-kira konsensus di pasar saat itu jadi situasi lebih stabil," ucap Mirza. (drk/drk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads