Namun, Bank Indonesia (BI) menilai kebijakan itu tak berpengaruh ke likuiditas.
"Namanya likuiditas akan selalu mengalir dari daerah ke daerah. Secara nasional likuiditas di daerah mencukupi. Ingat bahwa ada tambahan likuiditas dari aliran modal asing bahwa portofolio asing yang masuk hingga minggu lalu itu kurang lebih hampir Rp 160 triliun," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di Kantor Pusat BI, Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu juga menambah likuiditas bahwa jumlah operasi moneter kita meningkat. Itu juga suatu tanda bahwa perbankan memiliki ekses leader yang belum sementara ini disalurkan ke sektor rill. Jadi itu kondisi yang sangat berbeda dengan akhir tahun lalu di mana memang ekspansi fiskal dan waktu tahun lalu itu penerimaan pajak yang turun itu mengganggu likuiditas," ujar Perry.
Ia memastikan likuiditas tidak akan berkurang. Bila pun ada pengurangan, nanti akan disalurkan kepada bank di daerah untuk memfasilitasi kredit.
"Nah tahun ini likuiditas itu jauh berlebih. Kami yakinkan dari Bank Indonesia yang memang kebijakan kita adalah kelonggaran moneter. Kami akan pastikan bahwa likuiditas secara nasional, di daerah itu nggak akan terganggu bahkan cukup di bank itu menyalurkan kredit kepada perbankan di sektor rill," kata Perry.
"Likuiditas di daerah jauh lebih cukup bagi perbankan menyalurkan kredit dan kalau memang ada tanda-tanda kami yakin nggak ada tanda-tanda kekurangan likuiditas. Kalau pun misalnya ada kekurangan likuiditas misal nggak segan-segan bank desa akan menambah likuiditas di perbankan dan maupun di ekonomi supaya perbankan mampu menyalurkan kredit membiayai kegiatan ekonomi," imbuhnya. (hns/hns)