Sinyal Makin Kuat, The Fed Naikkan Suku Bunga 25 Bps di Akhir Tahun

Sinyal Makin Kuat, The Fed Naikkan Suku Bunga 25 Bps di Akhir Tahun

Dewi Rachmat Kusuma - detikFinance
Jumat, 14 Okt 2016 17:39 WIB
Foto: CNBC
Jakarta - Federal Reserve (The Fed) memperkirakan tren kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) yang lebih landai dari sebelumnya pada tahun depan.

Median dari proyeksi terbaru titik tengah Fed rate yang dibuat para anggota komite pembuat kebijakan (FOMC) di bank sentral AS itu berada di level 1,125% pada akhir tahun 2017 (atau di kisaran 1%–1,25%), 50 basis poin (bps) lebih tinggi dari perkiraan titik tengah Fed rate di akhir tahun 2016. Kenaikan 50 bps ini berada di bawah perkiraan kenaikan 75 bps yang dibuat anggota FOMC pada Juni 2016. The Fed pada rapat 20–21 September 2016 mempertahankan bunga acuan di kisaran 0,25%–0,5%.

Probabilitas kenaikan Fed rate pada bulan Desember mendatang semakin kuat. Pasar futures pada 7 Oktober 2016 menunjukkan probabilitas 54,5% bahwa Fed rate akan berada di kisaran 0,5%–0,75% pada akhir bulan itu, naik 25 bps dari posisi saat ini. Sebagai perbandingan, peluang Fed rate berada di kisaran tersebut pada bulan November hanya mencapai 17,1%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demikian dikutip detikFinance dari riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Jumat (14/10/2016).

Sentimen Pasar Global

Di sepanjang September 2016, indikator sentimen pasar keuangan global bergerak turun pasca kepastian penundaan kembali kenaikan Fed rate di minggu ketiga September 2016. Pada akhir minggu keempat, indeks VIX dan EMBI ditutup masing-masing di posisi 13,29 dan 359,99.

Keputusan The Fed menunda kenaikan tingkat bunga dan masih aktifnya bank sentral negara lain dalam memberi stimulus moneter akan kembali direspons oleh menguatnya arus modal ke emerging market. Kendati demikian, sentimen investor masih akan dibayangi beberapa isu, antara lain penyelesaian kasus Deutsche Bank, negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), dan prospek pemulihan ekonomi global.

Suku Bunga Acuan BI

Ekspektasi kenaikan Fed rate pada akhir tahun ini bisa menandakan akhir dari pelonggaran moneter oleh BI. Kami melihat kebijakan tax amnesty yang sukses, dengan deklarasi harta sekitar 30% dari PDB, bisa mendorong pelonggaran moneter lebih lanjut sebelum Fed rate naik. Selain itu, inflasi yang masih rendah juga bisa menjadi faktor pendorong utama. Terkait suku bunga, kami melihat perlunya perbaikan pada term structure karena selisih yang besar antara suku bunga bertenor seminggu dengan 12 bulan.

Operasi Pasar Terbuka

Posisi operasi pasar terbuka (OPT) pada bulan September 2016 mencapai Rp 145,06 triliun, turun 40,92% m/m. Anjloknya posisi OPT ini didorong oleh penurunan reverse repo SBN sebesar 37,9% serta munculnya transaksi repo SBN senilai Rp 66,65 triliun. Di sisi lain, posisi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) mengalami kenaikan.

Kondisi ini menunjukkan adanya tekanan pada likuiditas perbankan, diduga akibat lonjakan kebutuhan dana untuk membayar tebusan tax amnesty.

Kami juga mencermati dampak dari kenaikan Fed rate serta tambahan emisi SBN terhadap likuiditas perbankan. Dana repatriasi dari luar negeri dan tebusan tax amnesty pastinya akan masuk ke dalam likuiditas domestik.

Alokasi dari dana yang masuk sebaiknya sudah mulai direalisasikan untuk menghindari bentrokan dengan pendanaan (funding) perbankan. Selain itu, potensi pre-funding pemerintah untuk pendanaan APBN 2017 juga perlu dicermati.

Kredit, DPK, dan Rasio LDR

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mencapai 5,93% yoy pada Juli 2016, sedikit naik dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 5,9%. Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Juli 2016 tercatat sebesar 7,74% yoy. Pertumbuhan kredit ini melambat setelah sebelumnya membaik menjelang Lebaran. Dengan demikian, pada Juli lalu rasio kredit terhadap simpanan (LDR) mencapai 90,08%, lebih rendah dari 91,12% pada bulan Juni.

Kami melihat bahwa stabilitas industri perbankan masih tetap kuat dengan rasio kecukupan modal yang tinggi. Tren perlambatan pertumbuhan kredit terkait dengan permintaan kredit yang lemah dan risiko kredit yang meningkat, sehingga bank menaikkan standar analisa kreditnya. Mengingat aktivitas ekonomi domestik yang masih lemah, dua faktor tersebut diyakini masih akan menekan kinerja kredit dalam jangka pendek ke depan. Di sisi lain, pelonggaran kebijakan moneter menjadi upside risk bagi pertumbuhan kredit ke depan.

Suku Bunga Pasar

Pada September 2016, LPS kembali menurunkan tingkat bunga penjaminan sebesar 50 bps. Rata-rata bunga deposito bank acuan pada akhir kuartal III-2016 mencapai 6,1%, turun 25 bps dari posisi kuartal sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada rata-rata suku bunga maksimum yang turun 35 bps menjadi 6,99%, dan suku bunga minimum yang turun 15 bps menjadi 5,21%. Dibandingkan tahun 2015, penurunan bunga simpanan pada tahun 2016 terlihat lebih tajam, disebabkan oleh penurunan bunga acuan hingga lima kali serta efisiensi biaya bunga.

Tren penurunan bunga simpanan kami perkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2016, meski tidak akan setajam tren penurunan di semester I-2016. Meski suku bunga dalam tren menurun, likuiditas diharapkan bisa terjaga dengan baik hingga akhir tahun, didukung oleh bias kebijakan moneter yang longgar dan aliran dana masuk dari program tax amnesty. (drk/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads