Direktur Utama Mandiri, Kartika Wirojo, menjelaskan penurunan laba bersih tersebut disebabkan dari kenaikan alokasi biaya pencadangan sebesar 15% dari September 2015 menjadi Rp 15 triliun pada triwulan III-2016.
"Kenaikan biaya pencadangan itu memang menekan laba bersih kami menjadi Rp 12 triliun, atau turun 17,6% dari September tahun lalu," ungkap Kartika di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski pertumbuhan laba bersih menurun, Kartika mengatakan, penurunan laba bersih di triwulan III/2016 lebih baik dibandingkan triwulan II/2016, yang turun sekitar 28,7%.
Ia menambahkan, kendati mengalami penurunan, diprediksi laba bersih Mandiri akan kembali normal di tahun 2017 nanti.
"Tahun depan bisa turun cukup drastis. Dari segmen SME (UKM) meningkat, tapi dari mikro consumer tumbuh baik dan NPL rendag. Jadi kita mau dorong disitu, NPL tinggi diperlambat. Jadi 2017 bisa dorong pencadangan dan bisa mencatat laba yang normal," katanya
Kendati demikian, Kartika mengatakan kalau belum dapat memastikan beraps NPL yang akan turun nantinya. Itu disebabkan, banyak penurunan di sektor menengah kecil, sehingga tidak bisa diprediksi.
"Kita kan udah mulai rapihkan dari sekarang, formasi NPL barunya pertama udah melambat, yang kedua portofolionya. Kita akan makin kenceng di NPL batu yang lebih rendah," tuturnya.
Namun demikian, Kartika mengatakan, kalau belum dapat memperkirakan kapan pastinya NPL akan turun, karena menurutnya penurunan tersebut banyak terdapat di sektor menengah kecil.
Namun dirinya yakin, jika pada tahun 2017 nanti NPL akan kembali normal.
"Kita kan sudah mulai merapikan dari sekarang, formasi NPL barunya pertama udah melambat. Yang kedua portofolionya. Kita akan makin kenceng di NPL baru yang lebih rendah," tuturnya. (dna/dna)











































