Industri Finansial Juga Bisa Pengaruhi Kedaulatan Negara

Industri Finansial Juga Bisa Pengaruhi Kedaulatan Negara

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Sabtu, 05 Nov 2016 16:27 WIB
Industri Finansial Juga Bisa Pengaruhi Kedaulatan Negara
Foto: Ardan Adhi Chandra
Jakarta - Membicarakan soal industri finansial tidak melulu soal perbankan. Industri finansial memiliki peranan yang luas di setiap aspek kehidupan di dunia.

Ketahanan industri finansial di sebuah negara juga bisa memperngaruhi kedaulatan suatu negara. Mata uang sebuah negara menjadi identitas kedua setelah bendera kaebangsaan.

Staf Khusus Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin memberikan penjelasannya terkait pengaruh industri finansial terhadap kedaulatan negara. Di saat Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi sengketa di Mahkamah Internasional, Malaysia bisa memenangkan perkara sekaligus mencatatkan Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi bagian dari konstitusinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah melalui pertimbangan dari berbagai aspek, masyarakat yang tinggal di pulau terluar tersebut merupakan warga negara Malaysia. Hebatnya lagi, di wilayah yang dulu menjadi bagian dari Indonesia menggunakan ringgit sebagai alat tukar.

"Kedaulatan negara bisa hilang apabila tidak memperhatikan industri finansial. Kaya di Sipadan dan Ligitan mereka dulu pakai ringgit dan akhirnya jadi punya Malaysia," ujar Budi dalam diskusi Mewujudkan Ketahanan Finansial di Indonesia, Gedung Pascasarjana UGM, Jakarta Selatan, Sabtu (5/11/2016).

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini juga menyebutkan, beberapa daerah di perbatasan Indonesia juga banyak yang melakukan transaksi tidak menggunakan rupiah. Masyarakat di daerah perbatasan umumnya menggunakan mata uang negara tetangga baik berupa ringgit Malaysia maupun dolar Singapura seperti di Batam.

"Seperti di Batam itu kan banyak juga beli pakai dolar Singapura," kata Budi.

Industri finansial, lanjut Budi, memiliki dua fungsi, bisa untuk mengembangkan perekonomian, juga bisa untuk menghancurkan ekonomi suatu negara.

Industri finansial menghancurkan perekonomian suatu negara apabila terjadi kelebihan likuiditas. Kelebihan likuiditas ini kemudian disimpan di negara lain dan disalurkan kembali sebagai bentuk pinjaman ke negara lain. Besarnya pinjaman tersebut kemudian bisa memperburuk kondisi ekonomi negara yang menjadi debitur karena tingginya Utang Luar Negeri (ULN).

"Destruction karena massive development. Dulu tahun 1974 orang Arab banyak uang dan menaruh di bank Amerika Serikat (AS), kemudian bank AS pinjamin lagi ke Amerika Latin. Karena over finance, negara Amerika Latin banyak pinjaman ke luar negeri maka kurs rusak dan ekonomi turun dan krisis," jelas Budi. (ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads