Acara yang dihadiri oleh perwakilan 20 negara yang tergabung dalam Sustainable Banking Network (SBN) ini merupakan pertemuan yang keempat kalinya dilakukan.
Dalam forum yang bertema 'Market Innovation For Sustainable Finance' tersebut, membahas mengenai bagaimana pentingnya dalam menerapkan tata kelola keuangan berkelanjutan dengan memperhatikan sektor lingkungan dan sosial dan dapat mengejar target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengakhiri kemiskinan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya juga meminta kepada semua pelaku bisnis, termasuk industri jasa keuangan untuk melakukan berbagai inisiatif dalam bentuk tata kelola yang baik, khususnya pada aspek transparansi maupun upaya pemberian pembiayaan yang mengarah pada peningkatan porsi pembiayaan pada sektor usaha yang tergolong ramah lingkungan.
"Roadmap keuangan berkelanjutan OJK telah dikeluarkan pada tahun 2014 lalu. Roadmap tersebut mendukung dan mendorong proses pembangunan berkelanjutan dalam penyediaan pinjaman oleh industri jasa keuangan terkait perubahan iklim maupun pembangunan berkelanjutan," terang dia.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Vice Presiden for Corporate Risk & Sustainability IFC, Ethiopis Tafara mengatakan, pihaknya akan terus mendukung institusi keuangan di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang memiliki komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.
"Institusi yang dikelola dengan baik adalah bagian yang sangat penting dalam mengurangi permasalahan sosial seperti kemiskinan," kata dia.
Menurutnya, penerapan tata kelola sistem keuangan berkelanjutan di sektor lembaga keuangan dengan memperhatikan sektor lingkungan dan sosial memang membutuhkan waktu, namun dirinya optimistis jika hal tersebut dapat dilakukan.
"Ini tidak akan mudah dan membutuhkan waktu, tapi saya yakin perbankan dan pasar modal memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan dalam pembangunan," tuturnya. (drk/drk)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 