Gejolak pasar keuangan pasca kenaikan suku bunga acuan AS juga dirasakan di berbagai negara di dunia. Nilai tukar mata uang negara berkembang ikut melemah di tengah penguatan dolar AS.
"Masalah dinamika global, suku bunga AS naik dan dolar AS naik," jelas Tony dalam acara Indonesia Economic Outlook di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya orang seluruh dunia dalam rangka menyelamatkan asetnya memilih AS yang memiliki denominasi US dolar," kata Tony.
Namun, Tony memprediksi bahwa gejolak di pasar keuangan pasca kenaikan suku bunga acuan AS tidak akan berlangsung lama. Hal ini seiring dengan keberhasilan program tax amnesty dan masuknya dana repatriasi ke Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS.
"Saya prediksi itu tidak akan lama. Hal ini bisa kita atasi karena tax amnesty sukses, bubbles akan terhambat kalau ada keberhasilan repatriasi," tutup Tony. (ang/ang)