BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5% Tahun Ini

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5% Tahun Ini

Ardan Adhi Chandra - detikFinance
Jumat, 16 Des 2016 20:36 WIB
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5% Tahun Ini
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2016 mendekati angka 5%. Dengan demikian, maka secara akumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2016 bisa menembus 5%.

"Proyeksi lebih baik daripada perkiraan sebelumnya, yang di kuartal IV cuma sekitar 4,8% tapi sekarang kuartal IV BI sudah bisa dekati 5%, sekitar 4,9% lah," tutur Mirza di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Jumat (16/12/2016).

Belanja pemerintah yang melonjak tajam di akhir tahun bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi mudah-mudahan bisa lebih dari itu. Pengeluaran pemerintah kan biasanya memang menumpuk di kuartal IV," kata Mirza.

Pertumbuhan kredit perbankan hingga saat ini juga menunjukkan performa yang membaik. Mirza masih cukup optimistis pertumbuhan kredit perbankan berada di level 7-9% hingga akhir 2016. Sedangkan pertumbuhan kredit tahun depan diperkirakan mencapai 12%

"Kredit perbankan juga dari bulan ke bulan semakin baik angkanya. Tahun ini masih 7-9%, masih dalam range. Kalau tahun depan mudah-mudahan bisa 10-12%," kata Mirza.

Nilai ekspor Indonesia yang membaik dan bahkan melesat cukup tajam pada November kemarin juga diperkirakan terus terjadi hingga tahun depan. Tentu membaiknya nilai ekspor Indonesia disebabkan karena membaiknya harga komoditas seperti tambang dan perkebunan.

"Kalau lihat angka ekspor juga cukup baik ya. Jadi memang geliat ekonomi sudah mulai kelihatan," tutur Mirza.

Inflasi pada bulan Desember ini juga masih disumbangkan oleh gejolak bahan pangan. Inflasi tentu harus menjadi perhatian khusus karena adanya rencana kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) tahun depan agar tidak membuat gejolak ekonomi semakin dalam.

"Belum lihat datanya, tapi memang volatile food harus diperhatikan untuk kenaikan pangan," tutup Mirza. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads